Jumat, 12 Agustus 2011

Madre.... Nice book... Part 2

Salam hangat...!
Nah kalo buku saya bilang judulnya MADRE yang akhirnya saya bahas di postingan kedua ini adalah novel atau lebih tepatnya kumpulan tulisan dari Dee yang paling terbaru dan baru saja diterbitkan Pertengahan tahun ini. Saya menyebutnya kumpulan tulisan saja bukan novel, karena sebenarnya buku ini bukan hanya berisi cerita saja namun juga puisi dan kumpulan sajak yang ditulis dan merupakan hasil karya Dee sendiri selama 5 tahun belakangan sejak 2006-2011. Dan seperti buku-buku Dee yang lain, tentu saja kumpulan tulisan Madre ini, diulis dengan menarik dan membuat saya sangat menikmatinya saat mebacanya. buku ini berisi sekitar 13 kumpulan tulisan dari Dee, ada cerita seperti Madre, puisi yang menggambarkan perasaan seorang ibu akan anaknya, puisi tentang seorang teman, dll. yang pasti tetap dengan gaya khas seorang Dee...

Contohnya ialah salah satu ceritanya yang diangkat menjadi judul dari buku ini, MADRE......
Cerita ini menceritakan tentang seorang Tanseng, pria keturunan campur aduk ini, mendapat surat yang berisi permintaa datang ke pemakaman seorang keturunan Tionghoa yang ia tidak kenal sedikitpun, karena ia mendapatkan warisan dari almarhum Tan tersebut.. tentu saja Tanseng terkejut mengingat dia belum pernah kenal bahkan bertemu pun tidak dengan orang tua bernama Tan tersebut. Tentu saja Tanseng heran akan kejadian yang menimpanya, ia sampai rela pergi jauh-jauh ke ibukota meninggalkan Bali untuk mengambil warisan dari tuan Tan tersebut. Saat menerima warisan tersebut, keherananannya bertambah karena ternyata warisan yang diterimanya hanyalah selembar kertas bertuliskan alamat dan kunci yang dia tidak tahu apa gunanya. Didorong rasa penasarannya dan keinginannya untuk segera mengakhiri ini semua, ia pun mendatangi alamat tersebut. Alamat tersebut mengantarkan Tanseng ke sebuah rumah tua di pusat ibukota, penghuninya bernama Pak Hadi, Rumah tua tersebut rupanya dulunya adalah bekas sebuah toko roti yang sangat terkenal di zamannya bernama Tan de Bakker.. Tentu saja Tanseng merasa aneh, ia yang hanyalah seorang freelancer yang kerjaannya berubah-ubah itu, yang bahkan tidak memiliki bakat dalam memasak harus sampai di toko roti yang sudah tutup tersebut. keheranannya jadi lebih lagi setelah pak Hadi yang menyambutnya seperti sudah tidak asing lagi akan Tanseng padahal bertemu pun baru kali itu saja.

Kunci yang didapat Tanseng dari tuan Tan tersebut ternyata ialah kunci sebuah lemari pendingin yang isinya adalah ADONAN BIANG!!! hahah Tanseng merasa lucu dan kesal... jauh-jauh iya datang demi warisan yang ternyata ahnyalah adonan biang untuk membuat roti saja. Namun ternyata adonan biang itu mengandung arti segalanya bagi pak Hadi, Pak Tan, toko roti Tan de Bakker, bahkan Tanseng sendiri. karena adonan biang yang bernama MADRE, yang diperlakukan layaknya manusia itu mampu mengubah sejarah hidup seorang Tanseng...........

Tentunya akan lebih nikmat lagi kalau membacanya secara langsung.... yang pasti akhirnya Tanseng memilih untuk menjadiseorang Artisan atau pembuat roti klasik dan meninggalkan kehidupannya di Bali....

............Aku alhirnya meninggalkan kehidupanku di Bali dan tinggal di Ibukota yang paling aku jauhi dan hindari, namun kini hidupku berubah dengan adanya Tanseng de bakker, aku bersama engan periku, peri kami......

A really nice story from her,,, and i'll always be her book reader.... (ada gak sih yang mau minjamin Filosofi kopi sama Rectoverso????)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;