Sabtu, 13 Agustus 2011

Karakter orang itu berbeda-beda bung!!...

Salam hangat...!
Setiap orang dilahirkan dengan meiliki karakter dan tingkah laku yang berbeda-beda... Hal ini tidak jadi masalah kalau kita hidup dengan diri kita sendiri saja, Masalahnya adalah kita hidup di dunia ini saling berdampingan dengan orang yang lain yang memaksa kita mau tidak mau untuk berusaha mengerti dan memahami karakter orang lain yang hidup dekat dan berdampingan dengan kita. Dengan hal tersebut niscaya hubungan interaksi kita dengan sekitar akan lebih mudah..

Pengalaman saling berbagi dan memahami karakter ini sudah pernah saya dapatkan dan rasakan secara langsung, ketika saya dipaksa hidup bersama-sama dengan 79 orang lain yang menjadi teman seangkatan saya, ketika saya dipaksa untuk memahami mereka satu persatu dan mengenal karakter dan kebiasaan-kebiasaan mereka, ketika saya harus mengelus dada menahan amarah kalau ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan atau pola pikir saya atau ketika saya harus mampu berbagi dengan lain, berbagi tempat tinggal, berbagi kamar, berbagi kamar mandi, berbagi rasa senang dan rasa sakit dengan 79 teman yang lain. Ketika saya dipaksa untuk menjadi satu dengan menghapuskan ego 80 orang dan menjadikannya satu dalam sebuah angkatan yang kami beri nama The Union (The Unique and Prospective Nineteeen Generation). Namun bukan rasa terpaksa yang saya rasakan, namun rasa senang dan bangga akan hadirnya mereka yang ber 79 di sekitar saya.

Awalnya kami tidaklah saling megenal, sebuah institusi milik seorang tokoh yang berjasa di bidang pendidikan di Bona Pasogit lah yang mempersatukan kami ber 80. Bapak T.B Silalahi, sosok teladan yang mencoba menaikkan martabat masyarakat batak, suku yang mendiami kawasan Sumatera Utara di daerah Tapanuli, dengan mendirikan Yayasan Soposurung bersama 14 rekannya yang lain.Keinginan unutk maju ini berlanjut dengan mendirikan Asrama yang diperuntukkan bagi putra/putri terbaik bangsa yang ingin dibina selama masa pendidikan sekolah menengah atasnya dengan tinggal jauh dari orang tua dan hidup bersama dengan teman-temannya yang juga mempunyai keinginan yang sama didalam sebuah kawasan tempat tinggal yang diberi nama ASRAMA YAYASAN SOPOSURUNG. Asrama yang dibangun dengan konsep semi militer, dimana kami setiap harinya hidup dengan penuh aturan dan jadwal-jadwal padat yang harus dituruti, jangan harap anda menerima perlakuan istimewa atau berbeda, karena setiap orang diperlakukan sama, tidak perduli akan sukumu, agamamu, bahkan taraf kehidupan orangtuamu, kami semua disama ratakan dengan ditanamkan rasa Korsa atau yang sering disalah artikan sebagai Korban Sama-sama. Ya satu orang salah, kau tidak akan bisa menonton orang yang bersalah tersebut dihukum karena kesalahannya, karena saat itu juga, mungkin saja kau sedang ikut push up, sit up, jungkir, guling, bersama orang yang bersalah itu. Tidak enak sekali bukan ^_^. dalam hati sering terbersit kata-kata..... dia yang salah, aku juga kena hukum, sial kali rasanya, jadi baik salah, jadi nkal juga salah, rasanya semuanya serba salah disini.... Memang itulah yang terjadi disana, kami dituntut bukan hanya hidup secara individual, namun juga hidup dengan saling memperhatikan dan mengingatkan satu dengan yang lain.

Seems hard to do right, but that is our lovely dorm ASRAMA YASOP, awalnya memang sulit sekali, tak jarang air mata, perasaan menyesal keluar dari kami, namun seiring berjalannya waktu, hal-hal diatas seperti sudah menjadi kompas dan alur perjalanan kami yang niscaya akan membantu kami menjadi orang yang sukses kedepannya.

Namaku terdaftar sebagai salah satu dari penghuni asrama tersebut setelah aku berhasil melalui serangkaian test yang diadakan untuk masuk kesana. Ya, masuk kesana bukan asal-asalan, ada tes yang harus kita lalui. Kelulusanku dari test itu disambut dengan meriah di rumahku, dimana orangtuaku sangat senang, tanpa menyadari bahwa saat itu aku bukannya senang malah khawatir memikirkan seperti apa aku kedepannya nanti...

 Pertemuanku pertama kali dengan ketujuh puluh sembilan orang yang lainnya, dimulai saat hari pertama aku menginjakkan kaki di asrama tersebut dengan menyandang gelar Calon Siswa (Casis), hahaha benar... lagi-lagi tak semudah itu untuk resmi diterima menjadi keluarga besar Asrama Yayasan Soposurung tersebut, perjalanan panjang kulewati, ospek yang keras, karantina, dan lain sebagianya kujalani. Dibalik semua kejadian itu, selalu terlihat jelas satu tujuannya, yaitu bagaimana menyatukan kami yang 80 orang dengan berbagai karakter ini menjadi satu keluarga, satu angkatan, satu perasaan berbagi. Sulit kawan.....itu sulit sekali... Pertengkaran sana sini, rasa benci, dongkol, kasih, sayang, iri, semuanya kami coba dan usahakan untuk menyatukannya, susah......

Memang rasa susah itu tidak lama, beberapa bulan kami bersama, rasa persatuan itu mulai ada. kami berani membentuk nama angkatan yang menjadi identitas kami, kami membuat lagu-lagu yang menggambarkan kami. melakukan berbagai kegiatan bersama-sama, bekerja sama, melakukan hal-hal yang tidak baik juga bersama-sama, seperti menggosip tentang senior, melawan guru, berkelahi bersama-sama hehehe, tapi itulah jalan kami untuk bersatu dan saling mngenal satu sama lainnya. Cara kami untuk dapat menerima individu lain disekitar kami yang harus menjadi teman hidup kami. Semuanya terasa sangat bermakna.

3 Tahun kehidupan kami memang terasa sangat singkat, banyak sudah kenangan itu dan terasa sulit untuk dilewati, but life must go on.. dari sekolah menengah kami akan beranjak ke Perguruan Tinggi yang memaksa kami untuk berpisah dengan yang lain. Pindah ke tempat baru yang berbeda-beda. kami memang mungkin masih satu, namun di tempat yang berbeda-beda. Seperti kata orang tua kita, Keluarga yang serumah aja sering bertengkar, apalagi lah kalau harus tinggal berjauhan, ya tantangan lebih berat lagi harus kami hadapi, lebih berat dari sekder MENYATUKAN sekarang kami harus MENJAGA KESATUAN YANG KAMI BANGUN ITU. Lebih sulit lho bagian yang ini. Selisih pendapat pasti sering, salah ekspektasi antar satu dengan yang lain pasti ada, apalagi, penghubung kami sekarang hanyalah berupa dunia maya melalui telepon selular, atau jejaring sosial, keterbatasan hubungan itu yang membuat adanya perselisihan, jalan keluarnya kadang kalau dipikirkan hanyalah satu yaitu saling bijaksana dalam menanggapi satu dengan yang lain. Ya..... semoga saja kami bisa terus bijak dalam melakukannya, mempertahankan hubngan yang awalnya terbangun karena perasaan senasib dan berkembang menjadi perasaan saling memiliki ini...

I still believe we can go through this all.... Well I hope....

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Koq gak ada yang komen...ckckck...
# SamL...

Anonim mengatakan...

hahaha baru belajar kok #SamL... butuh waktu untuk mulai dari awal....

Posting Komentar

 
;