Rabu, 25 Januari 2012

Kenapa milih jalan ini ya?

Hampir enam bulan jadi mahasiswa, sampai sekarang ada satu pertanyaan yang bahkan masih belum bisa saya jawab dengan pasti.


KENAPA MILIH JADI MAHASISWA KEDOKTERAN?
Pertanyaan itu sebenarnya sih mudah jawabannya. Semua orang pasti tau, kuliah kedokteran ya karena mau jadi dokter donk. Ngapain capek-capek kuliah kedokteran kalau gak mau jadi dokter. Selanjutnya pertanyaan itu pasti dilanjut dengan pertanyaan lain seperti "mau jadi dokter yang bagaimana?" jawaban umum pasti, mau jadi dokter yang bisa membantu orang lain, atau mau mengabdikan diri untuk manusia lain atau mau menyelamatkan nyawa banyak orang. Tapi bukan tidak mungkin alasan utamanya orang ingin jadi dokter adalah untuk mengubah nasib dan keadaan keluarga yang ekonominya mungkin rendah menjadi lebih baik sekaligus mengangkat martabat keluarga. Bagi segelintir orang bahkan mungkin ada alasan seseorang ingin menjadi dokter dikarenakan keluarganya dengan alasan seperti "Kan papa mamaku dokter, udah punya klinik sendiri lagi, nanti aku nerusin usaha mereka loh.." atau "Papa yang nyuruh aku jadi dokter, aku kan perempuan, mau ngambil teknik gak diizinkan orang tua. Mau ambil IPS, aku dulunya waktu SMA ngambil jurusan IPA"

Nah pertanyaan itu jadi lain kalau ditanya,
KENAPA MAU JADI DOKTER?
Bahkan sampai di bulan keenam perkuliahan ini, saya masih belum bisa ngasih jawaban pasti, kenapa mau mengabdikan diri jadi seorang dokter. Mau nolong orang sih pasti. Tapi itu kan klasik banget jadi jawaban. Setiap orang pasti punya alasan sendiri kenapa mau jadi dokter. Nah, alasan pribadi ini yang sampai sekarang belum muncul dari dalam diri saya sendiri. Saya sendiri kadang masih suka bingung, apa memang benar saya masuk ke FK ini karena memang hati saya mau?

Beberapa minggu ini saya nonton serial drama tentang dunia kedokteran, serial ini bercerita tentang dunia kedokteran di Jepang. Betapa kerasnya persaingan jabatan di sebuah rumah sakit, membuat hal utama sebuah rumah sakit yaitu pelayanan pasien sangat tidak diperhatikan. Ditambah ambisi banyak orang akan posisi professor pemimpin rumah sakit dan pemimpin departemen tertentu semakin memperparah keadaan. Adalah seorang Asada Ryutaro, dokter handal bidang di bidang bedah kardiologi atau bedah jantung yang bintang utama di film ini. Kemampuan level dunianya dalam melakukan bedah jantung, membuatnya dipanggil ke rumah sakit ini untuk membantu proses operasi yang diberi nama Batista Operation

(operasi yang dikenalkan oleh Dr. Batista dari Argentina, tekniknya adalah dengan mengurangi masa otot di jantung (LV mass reduction), biasanya pada kasus jantung yang besar dan "melar" sehingga fungsi pompa tidak lagi efisien, dengan memotong sebagian masa otot jantung, kemudian dijahit lagi, makan akan terjadi efisiensi fungsi pompa jantung, sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-gari dengan baik.)

Perjalanan proes operasi Batista ini dijadikan serial film berjudul Team Medical Dragon ini (More info here).

Setelah menonton serial ini, banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan. Menjadi seorang dokter bukanlah membuat kita menjadi tahu segalanya. Menjadi seorang mahasiswa kedokteran justru menempatkan kita pada suatu keadaan dimana ternyata masih banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui dan perlu dipelajari khususnya yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Menjadi dokter berarti harus siap mempelajari itu semua dan tidak ada yang boleh salah. Ingat, dokter bermain dengan tubuh manusia, bukan hanya benda mati semata. Jangan sampai nyawa manusia terancam hanya karena dokternya adalah seorang dokter yang tidak handal atau amatiran. Saya selalu teringat kata-kata seorang teman saya yang berkata "JANGAN BAHAYAKAN NYAWA PASIENMU HANYA KARENA MALAS BELAJAR". Ya, menjadi seorang dokter adalah pilihan bagi siapa yang mau terus belajar sepanjang hidupnya. Istilahnya Long Life Learner. Profesi ini tidak sama dengan profesi lainnnya yang setelah selesai dari bangku universitas, selesailah sudah proses pembelajaranya. Di dunia kedokteran tidak ada kata berhenti belajar. Justru pembelajaran itu lebih banyak didapat dari keseharian kita bekerja sebagai seorang dokter nantinya. Setelah mendapat gelar dokter bukan berarti anda berhenti belajar di titik itu dan siap mempraktekkan ilmu anda. Justru kita masuk ke dunia awal pembelajaran kita. Intinya kita adalah dokter yang terus harus belajar.

Dari situ, saya justru semakin berpikir lagi, apakah saya siap menjadi seorang pelajar seumur hidup? Ini sangat tidak matching dengan cita-cita saya waktu kecil dulu. Kalau sudah besar nanti mau hidup bahagia dengan keluarga saya, tinggal dengan tenang di rumah terbuat dari kayu di atas bukit. Mana mungkin hidup bahagia dan tenang dengan mudah begitu saja tanpa berusaha. Menjadi dokter, kita harus siap merubah sudut pandang kita akan kebahagiaan yang bisa kita dapatkan sehari-hari. Oke, mungkin memang hal-hal tadi bisa kita dapatkan. Namun kebahagiaan sehari-hari seorang dokter didapat dari keberhasilan kita mengobati pasien kita. Bukankah bahagia rasanya melihat pasien yang kita tangani sendiri bisa sehat? Itu saja sudah membuat bahagia, plus ucapan terima kasih yang mungkin tulus dari si pasien, itu adalah kebahagiaan bagi seorang dokter.

Bagi saya sendiri, berbuat baik bagi orang lain adalah kebahagiaan tersendiri. Terlebih kalau kita dihargai dengan yang ditolong memberi kita ucapan terima kasih. Nah, bagi saya dunia kedokteran ini adalah salah satu jalan saya untuk mendapatkan itu. Selain itu, berhubungan atau berinteraksi dengan orang disekitar saya yang belum begitu saya kenal adalah hal yang sangat sulit bagi saya. For those whom I don't really know them much, saya bisa dibilang lebih memilih diam dan cuek jika berada di dekat mereka. Namun bagi orang yang sudah kenal saya dan cukup dekat, bisa dibilang, saya orangnya ribut sekali dan suka bingung sendiri dan bisa dibilang cukup lambat mengambil keputusan dan berbuat sesuatu. Saya juga adalah tipe orang yang mungkin takutuntuk mencoba hal-hal baru. Saya lebih memilih berada di ZONA AMAN saya yang sudah saya raih sebelumnya dan saya rasa cukup tanpa mau keluar dari zona itu dan melihat hal lain yang bahkan sebenarnya cocok dan mampu membuat saya lebih baik lagi. dan menjadi seorang dokter mungkin adalah jalan saya untuk merubah itu semua. Bukankah di dunia kedokteran tidak boleh ada kata ragu dan takut? bukankah kita akan berhubungan dengan orang-orang baru yang mungkin hanya bisa kita kenal melalui meja praktek kita setiap hari? Apalagi menjadi seorang dokter yang cuek, apa kita bisa cuek nantinya di depan pasien dan membiarkan pasien kita? selain itu menjadi seorang dokter tidak boleh ada rasa takut akau hal-hal yang menyangkut kesehatan pasien. Bukankah ini artinya keluar dari zona aman dan nyaman saya? Menjadi dokter mungkin adalah salah satu langkah tepat yang bisa saya ambil.

Sekarang yang jadi pertanyaan, apakah saya sudah siap untuk itu semua? Siap atau tidak saya harus siap. Saya sudah di dlam ini dan saya harus beruaha untuk bertahan di dalamnya. Kecuali kalau memang saya merasabahwa ini bukanlah jalan saya dan bukanlah tempat yang cocok bagi saya, sekaranglah saatnya saya mundur dan keluar sebelum saya masuk terlalu dalam atas semuanya ini.

Di film Team medical dragon itu juga saya tahu bahwa kesedihan seorang dokter itu adalah apabila ia tidak mampu berbuat banyak untuk pasiennya. Apabila ia tidak berusaha untuk kepentingan pasiennya, maka itu adalah kesedihan utama dan kegaagalan kita sebagai seorang praktisioner di bidang medis. Di serial ini dikatakan, kesedihan bukanlah karena pasien yang kita tangani meinggal dunia. Kita adalah manusia yang berusaha untuk kebaikan pasie, namun hidup tetaplah ada di tangan Tuhan yang menciptakan kita. Segala usaha baik yang kita lakukan pasti akan dinilai Tuhan. Walaupun pada akhirnya pasien kita meninggal dunia, itu semua adalah jalan Tuhan yang mungkin memang harus dihadapi oleh si pasien individually. Tapi usaha terbaik yang kita lal\kukan akan membantu meningkatkan harapan hidup si pasien. Tidak apa-apa bila nanti di praktek pertama kita, kita menangis apabila pasien kita meninggal dunia dan kita merasa gagal menangani mereka. Namun ingat selalu bahwa usaha terbaik kita sudah kita lakukan, hasilnya ada di tanga Tuhan. For we do the best and let God do the rest.

Dan sekarang saya masih mencoba mencari alasan terbesar saya bisa ada di sini sekarang, menjadi seorang mahasiswa fakultas kedokteran. Namun satu hal yang tetap saya pegang sampai sekarang, pasti Tuhan yang merencanakan ini bagi saya dan saya siap berjalan di dalam rencana Tuhan itu, karena rencana Tuhan itu pasti yang baik bagi saya. Dan apabila di tengah jalan nanti rencana itu berubah dan saya ternyata bukan menjadi seorang dokter, saya juga sudah siap. Yang pasti, saya masih tetap mencari alasan, kenapa saya menjadi dokter, yang sampai sekarang saya belum tahu.

1 komentar:

jasonseet mengatakan...

so u still haven't got your answer isit?
maybe you can refer mine, in my opinion, doctor is just another person that help to run the process of living human. Human to be born, must have an end as death approaching. well, nothing can change this fact, because it's already organized firmly by god.
Hmm, now every person in this world do contribute to this world and society, we can help them to lengthen their life in order to maintain the contribution continuously, but sometime we might do mistake or unable to save patient from death, but never forget that, our duty is also to help patient to relieve pains and suffer.
yupe! try to save as many people as we can. But if its in a critical stage whereas we can't do anymore, at least we must guaranty our patient a good death.
this is the only occupation that is related to health and life, its the main point on why are us being a living creature in this century. At least a doctor know what is live.

Posting Komentar

 
;