Selasa, 30 Juli 2013 6 komentar

Gift for (supposed to) 10th July

Actually I want to post this on 10th July on the day of may generation 5th anniversary, I've written this since june :( but I don't have time and connection heheh, so this is the late gift

Selamat ulang tahun kawan..

Lima tahun, ya lima tahun.

Masih ingatkah kau peristiwa lima tahun yang lalu?

Waktu dimana aku, kamu dan 78 teman kita yang lain saling mengucap janji. Bukan janji saling setia sehidup semati, bukan pula janji untuk tidak saling meninggalkan satu sama yang lain. Hanya janji untuk berbakti kepada sekolah, bangsa dan negara. Bukan mengucapkan janji untuk saling mengenal satu dengan yang lain, untuk saling menerima satu dengan yang lain atau saling memaafkan ketika aku berbuat salah demikian pula sebaliknya. Yang kuingat hanyalah aku berjanji untuk belajar dengan giat dan mematuhi seluruh peraturan asrama. Aneh sekali kawan, aku tidak pernah berjanji untuk selalu menyayangimu, atau mengatakan bahwa kita akan menjadi satu ikatan keluarga selamanya. Kata-kata “kami siswa-siswi asrama yayasan soposurung berjanji…” adalah kata-kata yang keluar dari mulutku, bukan kata angkatan 19 atau theunion atau apalah. Tapi mengapa yang paling membekas di ingatanku justru kenangan mengenai perjalanan bersama 78 temanmu dan temanku itu?

Mungkin benar kata orang pintar itu, perasaan cinta itu tumbuh diam-diam, berakar tanpa memberitahu, bercabang ketika kau masih menikmati tumbuhnya akar itu dan bahkan berbuah manis yang bisa kau petik buahnya untuk kau nikmati sendiri atau dengan orang lain dan aku memilih untuk memetiknya lalu membaginya dengan kalian. Cinta itu tidak bisa dipaksa, kalau ia dipaksa, bukan cinta namanya melainkan sandiwara. Perasaan cinta itu akan tetap ada bahkan ketika kau harus mengalami hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau pikirkan. Berkelahi satu sama lain, saling menjatuhkan, saling mendukung, saling mendoakan satu dengan yang lain bukanlah hal yang baru dalam kisah itu, justru merekalah yang menjadi pupuk yang membuat pohon cinta itu tumbuh besar, semakin kuat akarnya dan semakin manis buahnya. Ya, CINTA ANGKATAN.

Lima tahun, ya lima tahun.

Saat seorang manusia lahir ke dunia, lima tahun bukanlah waktu yang panjang. Tahun pertama kehidupannya ia hanya belajar hal-hal sederhana. Tahun kedua, ketiga, dan keempat, manusia tersebut makin banyak mempelajari hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan di benaknya. Kini ia sudah bisa berkata-kata dengan bahasa sederhana, ia sudah bisa makan sendiri, mandi sendiri, berjalan bahkan berlari sendiri. Tapi satu hal yang pasti, di lima tahun kehidupannya ia masih membutuhkan bantuan dan pengawasan dari manusia lain yang sudah lebih mengerti, orang yang sangat dia percaya dapat membantunya.

Sedangkan aku, kau dan 78 orang yang lain, kita hanya membutuhkan tiga tahun untuk dapat belajar banyak hal dan kita sudah siap untuk melakukan semuanya sendiri dan sudah cukup dewasa untuk lepas dari sang pencipta ikatan-asrama yayasan soposurung- itu. Bahkan ketika kita masih berusia tiga tahun, kita sudah mampu untuk menentukan arah sambil berjalan sendiri ke arah yang kita mau. Bukan lagi berjalan menuju ke tujuan yang sama. Sekarang kita sudah memiliki tujuan masing-masing yang akan kita tempuh. Satu hal yang sama antara aku, kau, 78 saudara kita dan manusia itu adalah, kita tidak akan pernah melupakan orang yang sudah membantu kita menjadi seperti sekarang, orang yang sudah membentuk kita supaya siap berjalan sendiri. Ya kita akan tetap cinta dengan asal kita. CINTA YAYASAN SOPOSURUNG.

Lima tahun, ya lima tahun kawan.. sudah lima tahun aku mengenalmu, lima tahun sudah pohon cinta itu ada di dalam diriku dan masih akan terus tumbuh besar memenuhi hatiku sampai pada akhirnya nanti pohon tersebut berhenti tumbuh bersamaan dengan berhentinya kisahku di dunia ini. Lima tahun sudah aku merasakan cinta seperti yang dirasakan manusia kepada orang yang sudah menolongnya tersebut dan akan terus cinta sampai manusia tersebut dewasa dan meninggalkan dunia ini.

Seperti kata-kata yang selalu kujadikan prinsip kehidupanku, bahwa hidup dimulai dengan sebuah papan puzzle kosong yang harus kuisi penuh. Setiap perjalanan hidupku adalah kepingan puzzle yang harus kususun menjadi sebuah cerita utuh yang kelak akan kubawa kembali ke penciptaku yang memberikanku papan kosong itu. Dan kepingan puzzle yang kudapat bersama kalian ber-79 adalah keping-keping puzzle yang sangat berharga yang tidak dapat dan tidak akan dapat digantikan oleh kepingan manapun.

Lima tahun, ya lima tahun kawan..

Terima kasih telah membantuku mengisi papan puzzle ku, terima kasih sudah mau bersama-sama menjaga pohon cinta itu dan akan terus kita jaga. Terima kasih…terima kasih…

Sepuluh, lima belas, dua puluh tahun lagi, kisah lima tahun perjalanan ini akan tetap menjadi kisah yang menarik untuk dikenang, menghibur untuk diceritakan dan susah untuk dilupakan. Sekali lagi, terima kasih.

Hey,this is my 5th birthday gift for you guys. Since I have nothing to give, and I have no words to say, all that I can do is writing this little story about us and may this story work as a reminder for us that we are one generation, one family. Happy Birthday Theunion J

Kita lahir dari dunia berbeda
Kita datang dari tempat berbeda
Aku punya mimpi disini
Kau punya mimpi disini
Kita punya mimpi disini kita… Theunion
Kau sahabatku, kita satu
Kan kita gapai mimpi dan taklukkan dunia
SELAMA AKU HIDUP, AKU TAK AKAN PUTUS ASA
Dum Spiro Spero

I love you my generation and I always will...




Sabtu, 27 April 2013 2 komentar

Saat semesta bekerja sama :)

Ya Tuhan aku tidak akan berhenti,
Kemarin malam ikut lomba band. Bukan skala besar, hanya tingkat fakultas saja. Bukan berebut juara, hanya untuk menghibur dan mendekatkan tiga angkatan saja. Tapi hari kemarin terasa sangat berbeda.

Dua minggu persiapan, bukan berarti semuanya lancar dan siap sedia tampil. Sampai hari terakhir, semuanya masih belum jelas. Lagu pertama belum lancar, lagu kedua endingnya masih belum selesai dan akhirnya latihan di depan ruang tutor disela-sela kuliah. Pulang kuliah menyempatkan latihan dengan waktu yang hanya sejam sudah termasuk untuk check sound. Semuanya tidak mudah. Seperti biasanya disaat-saat mepet, banyak emosi yang terpancing dan akhirnya sempat pada marah-marah. Tapi saya yakin semua itu memang bagian dari sebuah proses dan harus dilewati untuk membuat semua orang menjadi lebih dekat dan kuat. Tuhan udah menentukan kalau kemaren kami harus terkendala di alat musik sampai akhirnya harus pindah studio, Tuhan juga sudah tahu kalau keyboardist kami akan marah karena kegusaran dan ketegangan kami yang membuat kami menjadi tidak terkontrol. Tuhan tahu semua itu terjadi dan memang merencanakan itu semua :)

Tapi malamnya semuanya terbayar. Ya, perjuangan tidur diatas jam 3 karena harus menyelesaikan tugas kuliah setelah latihan band, perjuangan harus merelakan waktu menyelesaikan kewajiban lain karena harus mempersiapkan penampilan kemaren. Ya, semuanya terbayar. Bukan karena penampilan yang kemaren mendapat pujian dari banyak orang tapi karena kemarin adalah penampilan pertamaku bersama sebuah band. Band yang sesungguhnya bukan sekedar menyanyi diiringi alat musik tapi kami menamakan diri kami sebuah band dan kemarin adalah penampilan pertamaku.

Pujian atau sanjungan hanyalah bersifat sementara, tapi perasaan dimana akhirnya kita bisa melawan ketakutan kita dan mencoba hal baru lah yang membuat hari kemarin terasa begitu istimewa. Bukan berarti aku tidak takut sebelum penampilan kemarin. Saya selalu gugup kalau menjelang penampilan. Tapi yang kemarin terasa berbeda. Level rasa takut yang kurasakan seperti berlipat ganda. Dan ketika semua itu selesai bersama hasil yang cukup memuaskan, benar-benar membuka mata saya bahwa saya sudah lewat semua itu. Saya sudah berhasil melewati penampilan band pertama saya dan saya berhasil mengalahkan tantangan diri saya sendiri. Bukan karena pujian nya tapi sebuah perasaan bersyukur yang tidak henti-hentinya terucap menggantikan doa-doa mohon bimbingan yang terus terucap karena perasaan belum siap dalam diri. Dan hari kemarin akan selalu saya ingat. Satu lagi keping puzzle baru yang berhasil kutemukan untuk terus melengkapi puzzle kehidupanku yang akan selesai ketika nanti aku harus kembali ke penciptaku.

Saya mau berhenti nyanyi dulu untuk jangka waktu tertentu. Kalimat ini sempat terucap dariku. Sebulan ini banyak hal yang baru terus mencoba masuk ke dalam hari-hariku. Ikut organisasi baru, menjadi panitia di dua bagian di satu acar sekaligus, project majalah yang tidak tahu kapan akan selesai. Olymphiart datang dan tentu saja lomba menyanyi menjadi satu-satunya yang bisa saya ikuti. Tahun ini angkatan saya mengirimkan wakil melalui hasil seleksi dan saya pun ikut. Termyata saya GAGAL. Bukan karena saya kecewa karena saya tidak lolos, bukan juga menyalahkan semua orang yang ikut dalam proses audisi ini. Jujur saja saya sangat senang dengan hasil ini karena saya tahu dua orang yang akan maju pasti bisa dan saya punya keyakinan yang sangat kuat atas mereka. Tapi rasa menyalahkan diri sendiri karena tidak mengenal suara sendiri lah yang membuat saya menjauh dari dunia itu. Sudah hampir sebulan tidak ada suara nyanyian dikamar kostan, sudah hampir sebulan juga tidak pernah lagi membayangkan saya bisa bernyanyi didepan banyak orang dipanggung yang megah seperti yang sering kulakukan saat mau istirahat malam. Semua itu karena saya selalu diingatkan akan betapa saya tidak bisa mengenal suara saya sendiri sampai tidak bisa memilih lagu yang tepat.

Seringkali saya merasa kesal saat dikampus bertemu dengan teman kuliah dan mereka semua menanyakan "kenapa ga masuk? salah milih lagu sih Gop!" yang membuat saya merasa salah. Tapi saya tidak pernah menyesali semuanya karena saya yakin yang lolos memang lebih baik dari saya.

Dan kemarin sepulang lomba band yang sangat melelahkan tapi super menyenangkan, seorang sahabat mengirim pesan kepada saya

M: Hai, Sigob. Ini nomorku..

S: WOOOII, Sigop woy, bukan sigob. Apa kabar der?

M: Kabar baik gop, lagi dimana? kuliah dimana?

S: Ini baru balik kostan tadi ada lomba band di kampus. Kuliah ya gitulah, ada yang lancar ada juga yang macet.

M: Wah, masih tetap nyanyi ya gop walau udah kuliah.

S; Ya cuma ini jalan buat menghilangkan stress kuliah der, di fk itu dipaksa rajin. Buku bukan buat dibaca sebulah, tapi seminggu, setelahnya harus ganti buku lagi.

M: Iya gop, JANGAN PERNAH BERHENTI NYANYI YA...

....

kami masih terus berkirim pesan sampai akhirnya saya bilang kalau saya mau tidur karena tadi capek sekali. Tapi kata-kata jangan berhenti bernyanyi tadi benar-benar membuat saya terharu. Dia bukanlah teman yang sangat dekat dengan saya, dia bukan orang yang terbaik di kelas, bukan pula pemimpin kami seangkatan tapi saya selalu memiliki kekaguman tersendiri padanya. Sifat nya yang sedikit kikuk tapi malah memancing tawa buat kami, tekadnya yang sangat besar dan ketulusan hatinya yang tidak bisa digantikan oleh apapun, semuanya itu membuat saya sangat menghormatinya. Dan pesannya tadi malam mengingatkanku akan dunia yang selama sebulan ini berusaha kujauhi. Semuanya seperti bekerja sama mengingatkanku akan nikmat yang kurasakan saat bernyanyi.

Bukan karena pujian-pujian yang membuatku bahagia, tapi saat melihat orang lain bisa merasa terhibur, saat orang lain tersenyum saat melihatku sedang memberikan mereka sebuah tampilan. Siapa yang tahu saat ini mereka sedang bingung memikirkan tugas-tugas kuliahnya, atau mereka sedang galau karena skripsi yang tidak kunjung selesai. Siapa pula yang tahu kalau mereka mungkin ada masalah keluarga atau bahkan keuangan. Tapi saat mereka semua bisa gembira, itulah yang membuatku senang untuk meneruskan dunia ini.

Terima kasih dunia, terima kasih sahabat, terima kasih untuk semua kejadian yang sudah direncanakan oleh Yang Maha Kuasa untuk terjadi dan mengingatkanku akan semua yang saya punya yang seharusnya digunakan untuk menjadi berguna.

Dan saya tidak akan berhenti ya Tuhan :)


Jumat, 05 April 2013 0 komentar

Hai :)

Hai  halaman putih, maaf, terlalu banyak kesibukan, terlalu banyak tugas-tugas yang harus dilakukan, terlalu banyak mimpi-mimpi yang perlu dicapai, terlalu banyak pengalaman-pengalaman indah yang tidak layak untuk dilewatkan. Jadi maaf saja kalau aku lupa kepadamu. Seperti biasa, banyak cerita yang harus kuceritakan.

Lihat, bulan terang benderang malam ini. Seterang hatiku karena akhirnya bisa bertemu lagi denganmu. Ya, walaupun aku tahu untuk bertemu secara fisik hampir tidak mungkin terjadi. Tapi aku cuma ingin kau tahu, aku rindu kau. Aku capek dengan semua rutinitas yang menghimpit ini, capek dengan semua tuntutan orang-orang akan sebuah kesempurnaan yang harus didapat oleh calon dokter seperti aku ini, capek dengan tugas-tugas yang sangat menyita waktuku.

Well, bagaimanapun juga, sekarang aku sudah duduk di tahun kedua, semester empat. Aku bukanlah lagi mahasiswa baru yang masih kebingungan dengan semua ini. Aku sudah menjadi seorang senior di kampusku. Hebat sekali bukan, sebutan senior yang begitu mudah didapat. Bukan seperti dulu, aku harus mati-matian menghadapi semua hukuman dan latihan untuk sekedar mendapat sapaan "selamat pagi bang" atau mendapat kehormatan duduk di meja makan yang lebih bagus hanya karena menyandang kata senior itu. Tapi tahukah kau, kampusku tidak sama-sekali menggunakan kata senior itu untuk hal-hal yang tidak berguna seperti waktu di asrama dulu. Kami menggunakan kata kakak dan adik. Manis sekali bukan. Kami bahkan memiliki kata sayang satu sama lain yaitu "KAKAK SAYANG ADIK, ADIK SAYANG KAKAK". Hebat bukan kampusku.

Dua tahun tinggal di kota ini, banyak sekali pengalaman yang kudapat. Seperti yang pernah kukatakan dulu, semakin aku mencoba menjauh, semakin aku suka akan kota ini. Semakin aku suka akan masyarakatnya, tata kota nya, makanannya, semuanya aku suka. Aneh bukan, orang yang sangat sulit untuk menyukai sesuatu seperti aku ini bisa dengan mudahnya hidup di kota ini.

Cukup dulu ceritaku kali ini, singkat ya, tapi maaf aku ada kerjaan lain. Aku janji akan mengunjungimu segera..

 
;