Minggu, 22 Februari 2015 0 komentar

Hidup sebagai Dokter Muda

Akhirnya saya bisa menulis lagi, oke selalu bilang begitu setiap tahun. Entah mengapa saya hanya menulis diawal-awal tahun saja. Mungkin karena menulis selalu jadi resolusi akbar yang saya tuliskan diawal tahun namun pada akhirnya berakhir menjadi resolusi saja. Panas diawal kalau kata orang-orang.

Anyway, sekarang saya sudah memasuki babak baru kehidupan. Masih jadi mahasiswa namun dengan level yang sedikit lebih tinggi. Ya saya sudah sarjana, sarjana kedokteran yang kalau kata teman-teman seangkatan saya, tukang siomay saja tidak terima pegawai dengan gelar sarjana kedokteran hehe. Sarjana kedokteran kalau digolongkan kedalam beberapa golongan sarjana berdasarkan kegunaan gelarnya, sarjana jenis ini masuk ke jenis sarjana-sarjana tanggung. Tipe sarjana yang sudah sarjana, namun ilmunya masih sebatas teori saja dan kalau harus disuruh bekerja sesuai bidangnya masih belum bisa karena ilmunya belum pernah diamalkan secara langsung. Manusia setengah dokter namun belum bisa disebut dokter karena memang belum bisa memegang pasien secara langsung.

Untuk menjadi seorang dokter dan benar-benar bisa memegang pasien (tidak wajib kok, kalau memang habis sarjana kedokteran mau langsung bekerja di bank juga boleh), saya harus lewat satu tahap pendidikan lagi yang secara terhormatnya disebut dokter muda tapi lebih terkenal di bumi dengan sebutan koas dan dipanggil dek koas. Hidup saya sekarang disibukkan dengan kegiatan koas yang statusnya sih kuliah tapi rasa bekerja, kerja tapi sebenarnya saya disitu masih kuliah.

Jangan kira dengan menjadi koas berarti saya bebas memeriksa pasien, menentukan dia penyakit apa lalu memberikan obat. Saya masih berstatus mahasiswa yang menjadi pendamping dokter dalam memeriksa pasien. Saya harus mendengarkan proses interaksi dokter-pasien yang terjadi dan mencoba belajar dari situ. Tidak cukup hanya itu saja, saya juga tetap harus masih mengerjakan tugas-tugas laporan, membuat paper dan presentasi dan persiapan untuk ujian. Jadi jangan kira kehidupan koas lebih indah dari kehidupan kuliah sarjana kedokteran seperti yang dulu selalu saya lakukan. Mengeluhkan kehidupan kuliah dan berharap cepat-cepat koas. Sekarang sih, sangat jelas saya sering berharap kalau saya masih ada di Jatinagor dan menikmati masa-masa yang dulu saya anggap terlalu serius dan mencoba untuk lebih menikmati hidup.

Tapi saya percaya dengan prinsip dibalik kesusahan ada kebahagiaan kecil yang bisa diambil. Dibalik rasa penat dan lelah rutinitas setiap hari, ada senyum yang menghibur dikala saya bisa membantu seorang nenek yang membutuhkan bantuan arah ke ruang fisioterapi. Dibalik perasaan tergesa-gesa dan kecewa akan sistem belajar yang masih membingungkan buat saya, ada bahagia yang tak terkira melalui kata terima kasih yang terucap dari bibir seorang bapak yang anaknya saya tolong setelah mengalami kecelakaan minggu kemarin. Dibalik semangat yang sudah mulai kehabisan minyaknya, ada api-api kecil melalui ucapan semoga menjadi dokter yang hebat yang terus membangkitkan niat hati ini melalui harapan-harapan akan munculnya dokter baru yang siap membantu lebih banyak pasien emergensi lainnya. Dan yang pasti, ada iman yang selalu menjaga trek saya untuk selalu mengingat bahwa semua ini adalah bagian dari pelayanan hidup saya sebagai bentuk ucapan syukur makhluk yang sudah diciptakan dengan sedemikian kompleks oleh pencipta saya.

Sering saya merasa sedih karena saya tidak mampu berbuat banyak mengingat keterbatasan ilmu dan pengetahuan saya. Sering rasanya ingin menyerah melihat pasien yang harus saya tolong namun pada akhirnya berakhir dengan duka. Namun, semuanya selalu ditepis dengan pemikiran saya, bukankah saya harus melewati itu semua, bukankah semua itu proses belajar yang harus saya lalui? Melalui rasa kecewa dan sedih itu lah saya berusaha bangkit dan menjadi dokter yang semakin hari semakin baik. Yang terpenting adalah pastikan  jangan sampai hatimu mulai beku dan mulai menganggap semua pasien itu objek pembelajaranmu. Anggaplah mereka sebagai manusia seutuhnya yang membutuhkan pengetahuanmu, kasihmu, pelayananmu dan hatimu yang harus kau berikan seluruhnya untuk kesembuhan mereka.

Yang pasti saya sudah menemukan kembali api semangat yang dulu sempat hilang diawal-awal koas itu J


(perasaan saya setelah 3 minggu menjalani indahnya hidup perkoasan)
0 komentar

Rindu

Kutitipkan rasa rindu yang sangat dalam untuk dunia tulis-menulis yang dulu sangat tekun kudalami. Dunia yang dulu menjadi tempatku mengeluarkan segala pikiran dan unek-unek dan sudah kutinggalkan selama beberapa lama.

Kehilangan selera... entahlah, rasanya setiap hari sangat banyak hal yang lewat didalam pikiranku menanti untuk kuceritakan. Biasanya aku akan sangat bersemangat untuk mulai menuliskannya pada secarik kertas dibuku pribadiku. Namun beberapa tahun terakhir ini, aku membiarkannya hanya lewat saja. Seperti menikmatinya hilang sedikit demi sedikit dari memori otakku dan senang membiarkannya hanyut semakin dalam ditimpa oleh memori-memori penting masalah perkuliahan yang perlahan-lahan semakin memenuhi kepalaku.

Kehabisan kata-kata... mungkin iya, tapi rasanya aku masih sering berbicara sendiri didalam pikiranku dan menyusun kata-kata indah yang menanti untuk disuarakan. Tapi mulutku terlalu sibuk untuk membiarkan kata-kata itu keluar seolah area khusus pengatur bicara di kepalaku lebih memilih untuk memproses kata-kata jargon medis dan kawan-kawan nya yang kuyakin juga kau tidak ingin mendengarkannya dibandingkan mengeluarkan untaian kata indah yang menyejukkan.

Yang pasti aku sangat rindu untuk bertemu kembali dengan kertas putihku, dengan layar polos yang menanti untuk dituangi pengalaman-pengalaman hidup yang aku yakin sudah cukup untuk dibuat sebuah trilogi mengenai petualangan seorang anak gunung yang dulu tinggal di pinggiran sebuah danau yang indahnya tidak terlukiskan namun harus pergi melanjutkan hidup kekota lain untuk berjuang menjadi seseorang yang katanya mampu mengobati penyakit dan disebut manusia setengah dewa yang dipanggil dokter itu.

Tiga setengah tahun aku pergi menjauh dan kini aku menyampaikan betapa aku rindu, sangat-sangat rindu untuk kembali. Terkadang timbul iri dihati melihat kawan-kawan seperjuanganku yang masih bisa menyempatkan waktunya untuk bertemu sahabat putihnya dan menyuarakan pikirannya. Mengapa aku sendiri sangat sulit rasanya? Entahlah, mungkin aku sudah terlalu tertawan oleh kewajiban-kewajiban hidup dan dibutakan oleh indahnya perasaan menikmati dunia dengan hanya sekilas lewat tanpa perlu diabadikan. Mungkin hatiku menginginkan yang lain? Bisa jadi, tapi ketika aku menuliskan pesan ini, aku merasakan perasaan cinta mula-mula yang dulu kurasakan ketika aku menyelesaikan cerita pertamaku. Aku juga merasakan masih hati yang berdebar ketika aku membayangkan pesan ini akan dibaca oleh orang lain dan menikmati khayalan akan bagaimana perasaan mereka ketika membacanya.

Ah, aku rasa  aku masihlah diriku yang dulu, aku kecil yang lebih memilih untuk menyimpan memori satu hari ku dan menuliskannya menjadi sebuah pesan, masihlah aku yang lebih menikmati kata-kata dibandingkan tindakan-tindakan nyata. Aku yang masih sama harus berubah menjadi aku lain demi tuntutan keadaan.


Aku rasa saatnya aku kembali ke diriku yang dulu. Aku yang lebih banyak menulis walau tak seindah syair-syair pujangga terkenal namun memberikan terapi hebat yang sangat efektif untuk diriku. Karena hanya disaat sepertiitu aku merasa aku adalah diriku sendiri. 
Kamis, 09 Januari 2014 0 komentar

Volunteer Doctors and my life

Ini cerita waktu zaman-amannya gue baru lulus jadi anggota volunteer doctor, sebuah organisasi kerelawanan, agak lebay sih, tapi yasudah posting saja. hahha

Saya itu seorang penikmat. Bukan penikmat yang itu. Tapi saya selalu menikmati interaksi dengan orang lain, saya sangat-sangat menikmati bisa bicara dengan orang yang ga saya kenal dan pembicaraan itu berjalan baik. Saya sangat menikmati saat ada senyum tulus yang diberikan kepada saya dari hati yang dalam saat saya hanya melakukan suatu hal yang kecil banget yang bahkan ga berguna banyak. Saya senang saat melihat orang lain senang dan merasa hidupnya masih ada dan masa depannya masih terlihat jelas. Intinya saya suka berinteraksi dengan orang lain. Tapi saya bukanlah orang yang mudah untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Ya saya sangat pemalu dan perasa. Pikiran "ah, nanti pembicaraannya ngebosenin, atau kalau dia lagi ga mau bicara gimana ya?" selalu ada saat saya mau memulai pembicaraan. Itu pula yang membuat saya ga penah betah berada cuma berdua saja dengan orang yang belum terlalu dekat dengan saya. Karena saya pasti akan memilih untuk diam dan menikamti keadaan itu. Saya ga tahu harus memulai pembicaraan darimana dan apa yang harus dilakukan.

Saya suka sekali jalan-jalan. Bukan traveling walau saya juga sangat suka dengan hal itu ataupun backpacking. Ya saya suka saat-saat dimana saya bisa sendiri dan melihat keadaan disekeliling saya sendirian. Untuk hal ini saya selalu melakukannya dengan pergi ke Bandung sendirian kemudian saya "jalan-jalan" sendirian tanpa arah. Ya jalan-jalan karena memang saya melakukannya dengan berjalan kaki. Saya akan mengunjungi toko-toko yang belum pernah saya masuki, dari mall ke mall (well, naik kendaraan umum) cuma untuk "jalan-jalan" saja. Saya suka keadaan dimana saya bisa sendiri memperhatikan orang-orang yang sibuk dan saling berkawan disekitar saya. Saya bahkan sangat suka untuk hanya sekedar naik travel ke Bandung tanpa tujuan. Ya saya sangat suka saat-saat saya duduk di dalam travel dipinggir dekat jendela sambil menikamti pemandangan yang sama. Saya suka kelur masuk gang-gang kecil di bandung ataupun di jatinangor sendirian sambil melihat-lihat kehidupan yang ada di sana. Memang aneh jalan-jalan sendirian, tapi disaat-saat seperti itu saya bisa berpikir lebih banyak. Saya bisa menikmati lebih banyak dan saya bisa belajar lebih banyak dari apa yang saya lihat, apa yang saya alami. Berbahaya mungkin tapi ya karena saya suka tetap saja saya lakukan. 

Kedua hal ini adalah beberapa faktor yang mungkin dulu membuat saya memilih untuk menjadi seorang dokter. Ya saya suka membantu dan melayani orang lain. Entah apa nama rasanya tapi sangat nikmat saat-saat saya berinteraksi dengan orang lain. Ya seperti yang saya bilang, saya sulit memulai pembicaraan. Dan dengan menjadi dokter, semua orang yang datang tentu saja akan berbicara dan berbicara kepada saya. Haahaha. Saya juga memilih unutk menjadi anggota Volunteer Doctor, sebuah organisasi kerelawanan. Mengapa saya memilih relawan, ya karena saya memang tidak pernah memikirkan apapun dari orgaisasi ini, cukup menjadi relawan saja. Berbuat banyak dan menjadi berkat bagi orang lain. Nikmat sekali. Disini saya banyak melakukan bantuan medis atau pun hanya sekedar mengecek status kesehatan mahasiswa yang hendak melakukan kegiatan fisik yang cukup berat. Kadang kami juga turun dan membantu ketika ada bencana alam. Sedikit memang, tapi yang sesuai dengan kesukaan saya. dan saya suka sekali dengan kegiatan kegiatan seperti ini. Banyak jalan-jalan ke tempat-tempat baru juga. Lengkap bukan pemenuhan kepuasan saya??. Hahaha

Saya sendiri sudah bermimpi kalau saya nantinya adalah dokter yang lebih banyak bekerja diluar rumah sakit. Lebih banyak terjun langsung ke masyarakat. Lebih banyak berbuat hal kecil yang menjadi suatu berkat yang besar. Gue sering sekali diketawain teman-teman kuliah gue saat gue bilang kalau sampai sekarang gue belum kepikiran mau ngambil spesialis apa atau kapan akan ngambil spesialis. Temen gue ada yang sampai kepikiran banget dan taku aklau dia nanti akan jadi ketuaan kalau harus mbil spesialis dan ga sempat kerja, ga sempat ngumpulin duit bla..bla..bla.. Tapi gue emang orang yang aneh. Gue selalu bilang kalau gue sendiri ga perduli mau bisa sekolah spesialis umur 30 an atau mau spesialis apa. Karena memang gue kurang tertarik. Gue lebih tertarik berada di pedalaman Flores atau pulau mana di Indonesia Timur sana dan memulai jadi berkat buat orang lain sekaligus meemuaskan jiwa penikmat gue. Hahahaha. Ya mungkin gue akan ambil spesialis tapi ga spesialis yang besar-besar, mungkin suatu bidang kecil yang masih dibutuhkan masyarakat dan bisa gue amalkan dengan murah dan mudah. Hal lain yang paling ga pernah gue pikirin adalah, apakah gue akan hidup kaya atau miskin nantinya. Duh, kalau bakal kaya ya semua ada di tangan Tuhan. Gue ga pernah mikir sama sekali akan berapa penghasilan gue nanti. Mendapat hak sih penting dan akan gue lakukan untuk memenuhi kehidupan gue dan anak istri #eh gue nanti. Tapi untuk takut tidak punya duit dimasa depan nanti, well burung pipit kecil ditaman aja dipelihara Tuhan, masa gue yang besar gini ngga. Gue berprinsip kekayaan itu akan datang seiring dengan kita bekerja lebih giat, berkarya lebih banyak, berserah lebih tulus sama Tuhan. Ya tapi cuma satu hal yang gue takutin, saat gue kehilangan semua sense gue dan berubah menjadi seorang yang money-oriented atau patient-oriented. Yah... semoga saja tidak... hahahah

Volunteer doctor memang baru berdiri beberapa tahun dna belum terlalu terdengar ke dunia nasional. Tapi percayalah, sudah banyak dampak yang dilakukan organisasi ini. Anggotanya bukan hanya para calon dokter seperti saya. Tidak menutup kemungkinan untuk siapapun bergabung dari latar belakang pendidikan manapun. Yang penting memiliki hati dan rela untuk mengabdi. Volunteer Doctor....Siap Mengabdi... Jargon yang sesungguhnya saya sangat suka sekali. Semoga kami bisa terus mengabdi dan memberi yang baik untuk masyarakat...
0 komentar

Happy New Year

Hai lagi... Oke udah lama banget ga muncul dan nge-post sesuatu, sampai-sampai si teman setutor yang katanya baca blog ini nanya-nanya kapan gue akan update lagi blog ini. Well, life has been so hard this semester *gapenting... banyak kegiatan yang harus diikuti dan banyak hal-hal yang harus diurusi. Mungkin saya gak sehebat teman-teman yang berkarya di birokrasi fakultas a.k.a PH dan HIMA. Bukan karena saya ga mampu, bukan.. Tpia saya cuma ga suka dengan segala sesuatu yang berbau birokrasi bla...bla..bla... rapat berjam-jam, memikirkan program-program, evaluasi dll. I'm a free minded person. Ga suka berdiam diri melakukan hal yang menurut saya membosankan walau sebenarnya berguna buat banyak orang. Berguna banget malah buat para mahasiswa ya termasuk saya sendiri. Tapi ya mau bagaimana lagi, hati gak bisa dipaksa untuk suka sesuatu kalau memang kita gak suka. Jadilah saya gak pernah gabung dengan organisasi begituan.

Sekarang gue udah semester 5 yang artinya 2 semester lagi menuju kehidupan indah di rumah sakit sebagai ko-a~~...tiiiiitttt... hahaha, artinya saya juga sudah harus memulai suatu proses penting ga penting tapi mengatur kelulusan saya dari kampus tercinta ini yaitu TA atau Tugas Akhir atau skripsweet. Jujur saya sampai sekarang masih galau dengan keadaan skripsi saya. Judul yang belum jelas ditambah lagi dengan saya yang super non-research person sampai-sampai ga ngerti sama sekali dengan yang namanya metode penelitian, latar belakang atau apapun itu. Saya udah bolak-balik ke perpustakaan buat lihat contoh skripsi kakak kelas (well, sebenarnya ga boleh. Bisa-bisa hasil kita ga orisinil hasil pemikiran kita) yang mirip dengan topik saya. Tapi ya tetap saja ga ngerti. Emang dasar saya ga ngerti kali dan ga bakat jadi peneliti yang kerjanya bikin laporan-laporan dan jurnal kali ya. Ya sudahlah kita lihat saja kedepannya bagaimana dan semoga skripsweet ini bisa selesai tepat waktu. 

Saya ga mau terlambat lulus kuliah hanya karena tugas 3-4 sks ini. NBSS (Sistem saraf dan Psikiatri) yang 10 sks aja lewat, masa yang ini ga lewat sih. hahaha... tapi jujur saya takut sekali. Ya mungkin karena TA ini bukan hanya sekedar baca buku LILY nya jantung atau Braunwald's nya Paru trus bisa ujian MDE. TA ini juga butuh kesabaran karena kita seperti membangun dari awal. Membangun dari sebuah judul yang hanya satu atau dua kalimat jadi sebuah karya tulis yang bisa berpuluh-puluh lembar. TA juga ada aturan penulisannya, bukan seperti SOOCA yang ga ada aturan penulisan dan penyusunan atau presentasi nya. Haha. TA punya buku panduan penulisan TA sendiri yang mengatur mulai dari jenis dan ukuran font sampai penyajiannnya jadi sebuah buku. Hikss... Yang terakhir yang memberatkan gue adalah skripsweet itu mengharuskan kita rajin-rajin cari jurnal, nyusun paragraf demi paragraf dari banyak jurnal yang kita susun sendiri lalu dianalisa hingga menghasilkan sebuah kesimpulan apakah penelitian kita mendukung rumusan masalah yang kita ajukan atau malahan menolak hipotesis kita.. Huahahahaha. Baca jurnal banyak-banyak sih hayu aja. Nyari jurnal dari internet, ugghh I'm the worst. Sebagai orang yang sangat gaptek bahkan pakai Google buat cari LI aja kesusahan, nyari jurnal yang bagus itu kaya nyari sesuatu yang sangat kecil di dunia maya yang besar ini. Seringkali ketemu jurnal yang bagus eh berbayar, eh ga bisa di download. Ada banyak teman-teman yang nge-hack jurnal sampai akhirnya dapat jurnal berbayar secara gratis. Saya? Nge-Crack IDM biar ga trial 30 hari aja perlu minta bantuan orang lain. Hiks lagi. Tapi ya harus semangat ngerjain skripsweet yang kaya mau melahirkan anak sendiri ini. Wish me luck.

Anyway, sekarng lagi ujian akhir semester 5, setelah ini saya akan masuk ke semester 6. It means two more semesters until we get that title. Sigop Elliot Parsaulian Lumbantoruan, S.Ked. Well dengan gelar itu masih dianggap ga bisa apa-apa sih kalau didunia kedokteran. Tapi ya lumayan lah buat nambah nama empat karakter. Haaha kurang panjang apa lagi nama saya. Biarin aja, merusak segala urusan administrasi dunia ini. Hhahaha. 

Dari tadi gue ketawa mulu? hahahah. Iya gue lagi senang. Senang banget. Banget dan banget. Senang dengan apa yang udah bisa gue lakukan selama satu semester ini. Senang karena gue masih punya 2 semester lagi untuk berbuat lebih banyak lagi di kegiatan yang gue ikuti (Akan gue post di postingan berikutnya). Senang karena bisa nyampe ke tahun 2014 dan gue masih bisa tulis mimpi-mimpi dan target yang harus gue capai di tahun 2014 ini. Intinya gue lagi senang banget dan bersyukur banget. Salah satu moodboosternya ya si SOOCA itu. Ujian yang bagaikan russian roulette itu. Choose the right card, your life and 18 sks is safe but if you ended up choosing the wrong card, well maybe this is just not your time to get a high score. Try it again next 6 months and it means you have to give an extra work for MDE. 

Saya nemu satu motto yang cocok banget gambarin SOOCA itu apa. "KIAMAT IS SOMETHING, SOOCA is nothing. Well sebenarnya sooca itu nothing kalau dibandingin dengan hal-hal besar yang ada di hidup kita. Tapi adrenalin SOOCA itu emang tinggi banget dan itulah yang membuat SOOCA itu spesial.

Dan kenapa gue baru nulis sekarang, karena gue baru thun baru kemaren. Yeaaaahhhh.. Tahun baru FK UNPAD 2011 memang ketunda setahun melebihi tahun baru Russia. Ya karena SOOCA memang baru selesai kemarin. So Happy New Year.. 


Selasa, 30 Juli 2013 6 komentar

Gift for (supposed to) 10th July

Actually I want to post this on 10th July on the day of may generation 5th anniversary, I've written this since june :( but I don't have time and connection heheh, so this is the late gift

Selamat ulang tahun kawan..

Lima tahun, ya lima tahun.

Masih ingatkah kau peristiwa lima tahun yang lalu?

Waktu dimana aku, kamu dan 78 teman kita yang lain saling mengucap janji. Bukan janji saling setia sehidup semati, bukan pula janji untuk tidak saling meninggalkan satu sama yang lain. Hanya janji untuk berbakti kepada sekolah, bangsa dan negara. Bukan mengucapkan janji untuk saling mengenal satu dengan yang lain, untuk saling menerima satu dengan yang lain atau saling memaafkan ketika aku berbuat salah demikian pula sebaliknya. Yang kuingat hanyalah aku berjanji untuk belajar dengan giat dan mematuhi seluruh peraturan asrama. Aneh sekali kawan, aku tidak pernah berjanji untuk selalu menyayangimu, atau mengatakan bahwa kita akan menjadi satu ikatan keluarga selamanya. Kata-kata “kami siswa-siswi asrama yayasan soposurung berjanji…” adalah kata-kata yang keluar dari mulutku, bukan kata angkatan 19 atau theunion atau apalah. Tapi mengapa yang paling membekas di ingatanku justru kenangan mengenai perjalanan bersama 78 temanmu dan temanku itu?

Mungkin benar kata orang pintar itu, perasaan cinta itu tumbuh diam-diam, berakar tanpa memberitahu, bercabang ketika kau masih menikmati tumbuhnya akar itu dan bahkan berbuah manis yang bisa kau petik buahnya untuk kau nikmati sendiri atau dengan orang lain dan aku memilih untuk memetiknya lalu membaginya dengan kalian. Cinta itu tidak bisa dipaksa, kalau ia dipaksa, bukan cinta namanya melainkan sandiwara. Perasaan cinta itu akan tetap ada bahkan ketika kau harus mengalami hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau pikirkan. Berkelahi satu sama lain, saling menjatuhkan, saling mendukung, saling mendoakan satu dengan yang lain bukanlah hal yang baru dalam kisah itu, justru merekalah yang menjadi pupuk yang membuat pohon cinta itu tumbuh besar, semakin kuat akarnya dan semakin manis buahnya. Ya, CINTA ANGKATAN.

Lima tahun, ya lima tahun.

Saat seorang manusia lahir ke dunia, lima tahun bukanlah waktu yang panjang. Tahun pertama kehidupannya ia hanya belajar hal-hal sederhana. Tahun kedua, ketiga, dan keempat, manusia tersebut makin banyak mempelajari hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan di benaknya. Kini ia sudah bisa berkata-kata dengan bahasa sederhana, ia sudah bisa makan sendiri, mandi sendiri, berjalan bahkan berlari sendiri. Tapi satu hal yang pasti, di lima tahun kehidupannya ia masih membutuhkan bantuan dan pengawasan dari manusia lain yang sudah lebih mengerti, orang yang sangat dia percaya dapat membantunya.

Sedangkan aku, kau dan 78 orang yang lain, kita hanya membutuhkan tiga tahun untuk dapat belajar banyak hal dan kita sudah siap untuk melakukan semuanya sendiri dan sudah cukup dewasa untuk lepas dari sang pencipta ikatan-asrama yayasan soposurung- itu. Bahkan ketika kita masih berusia tiga tahun, kita sudah mampu untuk menentukan arah sambil berjalan sendiri ke arah yang kita mau. Bukan lagi berjalan menuju ke tujuan yang sama. Sekarang kita sudah memiliki tujuan masing-masing yang akan kita tempuh. Satu hal yang sama antara aku, kau, 78 saudara kita dan manusia itu adalah, kita tidak akan pernah melupakan orang yang sudah membantu kita menjadi seperti sekarang, orang yang sudah membentuk kita supaya siap berjalan sendiri. Ya kita akan tetap cinta dengan asal kita. CINTA YAYASAN SOPOSURUNG.

Lima tahun, ya lima tahun kawan.. sudah lima tahun aku mengenalmu, lima tahun sudah pohon cinta itu ada di dalam diriku dan masih akan terus tumbuh besar memenuhi hatiku sampai pada akhirnya nanti pohon tersebut berhenti tumbuh bersamaan dengan berhentinya kisahku di dunia ini. Lima tahun sudah aku merasakan cinta seperti yang dirasakan manusia kepada orang yang sudah menolongnya tersebut dan akan terus cinta sampai manusia tersebut dewasa dan meninggalkan dunia ini.

Seperti kata-kata yang selalu kujadikan prinsip kehidupanku, bahwa hidup dimulai dengan sebuah papan puzzle kosong yang harus kuisi penuh. Setiap perjalanan hidupku adalah kepingan puzzle yang harus kususun menjadi sebuah cerita utuh yang kelak akan kubawa kembali ke penciptaku yang memberikanku papan kosong itu. Dan kepingan puzzle yang kudapat bersama kalian ber-79 adalah keping-keping puzzle yang sangat berharga yang tidak dapat dan tidak akan dapat digantikan oleh kepingan manapun.

Lima tahun, ya lima tahun kawan..

Terima kasih telah membantuku mengisi papan puzzle ku, terima kasih sudah mau bersama-sama menjaga pohon cinta itu dan akan terus kita jaga. Terima kasih…terima kasih…

Sepuluh, lima belas, dua puluh tahun lagi, kisah lima tahun perjalanan ini akan tetap menjadi kisah yang menarik untuk dikenang, menghibur untuk diceritakan dan susah untuk dilupakan. Sekali lagi, terima kasih.

Hey,this is my 5th birthday gift for you guys. Since I have nothing to give, and I have no words to say, all that I can do is writing this little story about us and may this story work as a reminder for us that we are one generation, one family. Happy Birthday Theunion J

Kita lahir dari dunia berbeda
Kita datang dari tempat berbeda
Aku punya mimpi disini
Kau punya mimpi disini
Kita punya mimpi disini kita… Theunion
Kau sahabatku, kita satu
Kan kita gapai mimpi dan taklukkan dunia
SELAMA AKU HIDUP, AKU TAK AKAN PUTUS ASA
Dum Spiro Spero

I love you my generation and I always will...




Sabtu, 27 April 2013 2 komentar

Saat semesta bekerja sama :)

Ya Tuhan aku tidak akan berhenti,
Kemarin malam ikut lomba band. Bukan skala besar, hanya tingkat fakultas saja. Bukan berebut juara, hanya untuk menghibur dan mendekatkan tiga angkatan saja. Tapi hari kemarin terasa sangat berbeda.

Dua minggu persiapan, bukan berarti semuanya lancar dan siap sedia tampil. Sampai hari terakhir, semuanya masih belum jelas. Lagu pertama belum lancar, lagu kedua endingnya masih belum selesai dan akhirnya latihan di depan ruang tutor disela-sela kuliah. Pulang kuliah menyempatkan latihan dengan waktu yang hanya sejam sudah termasuk untuk check sound. Semuanya tidak mudah. Seperti biasanya disaat-saat mepet, banyak emosi yang terpancing dan akhirnya sempat pada marah-marah. Tapi saya yakin semua itu memang bagian dari sebuah proses dan harus dilewati untuk membuat semua orang menjadi lebih dekat dan kuat. Tuhan udah menentukan kalau kemaren kami harus terkendala di alat musik sampai akhirnya harus pindah studio, Tuhan juga sudah tahu kalau keyboardist kami akan marah karena kegusaran dan ketegangan kami yang membuat kami menjadi tidak terkontrol. Tuhan tahu semua itu terjadi dan memang merencanakan itu semua :)

Tapi malamnya semuanya terbayar. Ya, perjuangan tidur diatas jam 3 karena harus menyelesaikan tugas kuliah setelah latihan band, perjuangan harus merelakan waktu menyelesaikan kewajiban lain karena harus mempersiapkan penampilan kemaren. Ya, semuanya terbayar. Bukan karena penampilan yang kemaren mendapat pujian dari banyak orang tapi karena kemarin adalah penampilan pertamaku bersama sebuah band. Band yang sesungguhnya bukan sekedar menyanyi diiringi alat musik tapi kami menamakan diri kami sebuah band dan kemarin adalah penampilan pertamaku.

Pujian atau sanjungan hanyalah bersifat sementara, tapi perasaan dimana akhirnya kita bisa melawan ketakutan kita dan mencoba hal baru lah yang membuat hari kemarin terasa begitu istimewa. Bukan berarti aku tidak takut sebelum penampilan kemarin. Saya selalu gugup kalau menjelang penampilan. Tapi yang kemarin terasa berbeda. Level rasa takut yang kurasakan seperti berlipat ganda. Dan ketika semua itu selesai bersama hasil yang cukup memuaskan, benar-benar membuka mata saya bahwa saya sudah lewat semua itu. Saya sudah berhasil melewati penampilan band pertama saya dan saya berhasil mengalahkan tantangan diri saya sendiri. Bukan karena pujian nya tapi sebuah perasaan bersyukur yang tidak henti-hentinya terucap menggantikan doa-doa mohon bimbingan yang terus terucap karena perasaan belum siap dalam diri. Dan hari kemarin akan selalu saya ingat. Satu lagi keping puzzle baru yang berhasil kutemukan untuk terus melengkapi puzzle kehidupanku yang akan selesai ketika nanti aku harus kembali ke penciptaku.

Saya mau berhenti nyanyi dulu untuk jangka waktu tertentu. Kalimat ini sempat terucap dariku. Sebulan ini banyak hal yang baru terus mencoba masuk ke dalam hari-hariku. Ikut organisasi baru, menjadi panitia di dua bagian di satu acar sekaligus, project majalah yang tidak tahu kapan akan selesai. Olymphiart datang dan tentu saja lomba menyanyi menjadi satu-satunya yang bisa saya ikuti. Tahun ini angkatan saya mengirimkan wakil melalui hasil seleksi dan saya pun ikut. Termyata saya GAGAL. Bukan karena saya kecewa karena saya tidak lolos, bukan juga menyalahkan semua orang yang ikut dalam proses audisi ini. Jujur saja saya sangat senang dengan hasil ini karena saya tahu dua orang yang akan maju pasti bisa dan saya punya keyakinan yang sangat kuat atas mereka. Tapi rasa menyalahkan diri sendiri karena tidak mengenal suara sendiri lah yang membuat saya menjauh dari dunia itu. Sudah hampir sebulan tidak ada suara nyanyian dikamar kostan, sudah hampir sebulan juga tidak pernah lagi membayangkan saya bisa bernyanyi didepan banyak orang dipanggung yang megah seperti yang sering kulakukan saat mau istirahat malam. Semua itu karena saya selalu diingatkan akan betapa saya tidak bisa mengenal suara saya sendiri sampai tidak bisa memilih lagu yang tepat.

Seringkali saya merasa kesal saat dikampus bertemu dengan teman kuliah dan mereka semua menanyakan "kenapa ga masuk? salah milih lagu sih Gop!" yang membuat saya merasa salah. Tapi saya tidak pernah menyesali semuanya karena saya yakin yang lolos memang lebih baik dari saya.

Dan kemarin sepulang lomba band yang sangat melelahkan tapi super menyenangkan, seorang sahabat mengirim pesan kepada saya

M: Hai, Sigob. Ini nomorku..

S: WOOOII, Sigop woy, bukan sigob. Apa kabar der?

M: Kabar baik gop, lagi dimana? kuliah dimana?

S: Ini baru balik kostan tadi ada lomba band di kampus. Kuliah ya gitulah, ada yang lancar ada juga yang macet.

M: Wah, masih tetap nyanyi ya gop walau udah kuliah.

S; Ya cuma ini jalan buat menghilangkan stress kuliah der, di fk itu dipaksa rajin. Buku bukan buat dibaca sebulah, tapi seminggu, setelahnya harus ganti buku lagi.

M: Iya gop, JANGAN PERNAH BERHENTI NYANYI YA...

....

kami masih terus berkirim pesan sampai akhirnya saya bilang kalau saya mau tidur karena tadi capek sekali. Tapi kata-kata jangan berhenti bernyanyi tadi benar-benar membuat saya terharu. Dia bukanlah teman yang sangat dekat dengan saya, dia bukan orang yang terbaik di kelas, bukan pula pemimpin kami seangkatan tapi saya selalu memiliki kekaguman tersendiri padanya. Sifat nya yang sedikit kikuk tapi malah memancing tawa buat kami, tekadnya yang sangat besar dan ketulusan hatinya yang tidak bisa digantikan oleh apapun, semuanya itu membuat saya sangat menghormatinya. Dan pesannya tadi malam mengingatkanku akan dunia yang selama sebulan ini berusaha kujauhi. Semuanya seperti bekerja sama mengingatkanku akan nikmat yang kurasakan saat bernyanyi.

Bukan karena pujian-pujian yang membuatku bahagia, tapi saat melihat orang lain bisa merasa terhibur, saat orang lain tersenyum saat melihatku sedang memberikan mereka sebuah tampilan. Siapa yang tahu saat ini mereka sedang bingung memikirkan tugas-tugas kuliahnya, atau mereka sedang galau karena skripsi yang tidak kunjung selesai. Siapa pula yang tahu kalau mereka mungkin ada masalah keluarga atau bahkan keuangan. Tapi saat mereka semua bisa gembira, itulah yang membuatku senang untuk meneruskan dunia ini.

Terima kasih dunia, terima kasih sahabat, terima kasih untuk semua kejadian yang sudah direncanakan oleh Yang Maha Kuasa untuk terjadi dan mengingatkanku akan semua yang saya punya yang seharusnya digunakan untuk menjadi berguna.

Dan saya tidak akan berhenti ya Tuhan :)


Jumat, 05 April 2013 0 komentar

Hai :)

Hai  halaman putih, maaf, terlalu banyak kesibukan, terlalu banyak tugas-tugas yang harus dilakukan, terlalu banyak mimpi-mimpi yang perlu dicapai, terlalu banyak pengalaman-pengalaman indah yang tidak layak untuk dilewatkan. Jadi maaf saja kalau aku lupa kepadamu. Seperti biasa, banyak cerita yang harus kuceritakan.

Lihat, bulan terang benderang malam ini. Seterang hatiku karena akhirnya bisa bertemu lagi denganmu. Ya, walaupun aku tahu untuk bertemu secara fisik hampir tidak mungkin terjadi. Tapi aku cuma ingin kau tahu, aku rindu kau. Aku capek dengan semua rutinitas yang menghimpit ini, capek dengan semua tuntutan orang-orang akan sebuah kesempurnaan yang harus didapat oleh calon dokter seperti aku ini, capek dengan tugas-tugas yang sangat menyita waktuku.

Well, bagaimanapun juga, sekarang aku sudah duduk di tahun kedua, semester empat. Aku bukanlah lagi mahasiswa baru yang masih kebingungan dengan semua ini. Aku sudah menjadi seorang senior di kampusku. Hebat sekali bukan, sebutan senior yang begitu mudah didapat. Bukan seperti dulu, aku harus mati-matian menghadapi semua hukuman dan latihan untuk sekedar mendapat sapaan "selamat pagi bang" atau mendapat kehormatan duduk di meja makan yang lebih bagus hanya karena menyandang kata senior itu. Tapi tahukah kau, kampusku tidak sama-sekali menggunakan kata senior itu untuk hal-hal yang tidak berguna seperti waktu di asrama dulu. Kami menggunakan kata kakak dan adik. Manis sekali bukan. Kami bahkan memiliki kata sayang satu sama lain yaitu "KAKAK SAYANG ADIK, ADIK SAYANG KAKAK". Hebat bukan kampusku.

Dua tahun tinggal di kota ini, banyak sekali pengalaman yang kudapat. Seperti yang pernah kukatakan dulu, semakin aku mencoba menjauh, semakin aku suka akan kota ini. Semakin aku suka akan masyarakatnya, tata kota nya, makanannya, semuanya aku suka. Aneh bukan, orang yang sangat sulit untuk menyukai sesuatu seperti aku ini bisa dengan mudahnya hidup di kota ini.

Cukup dulu ceritaku kali ini, singkat ya, tapi maaf aku ada kerjaan lain. Aku janji akan mengunjungimu segera..

Kamis, 15 November 2012 1 komentar

Dariku... (Part 2)

Sekarang aku bisa menjawab semuanya. Sesungguhnya tidak ada alasan mengapa aku memilih kedokteran atau mengapa aku memilih Bandung. Tidak lain adalah tidak bukan karena kecintaanku akan bidang ini. Aku cinta belajar semua ilmu-ilmu yang rumit ini. Tidak sabar rasanya untuk cepat-cepat menjadi dokter dan mengabdikan ilmu yang kudapat. Dan bandung juga memberikanku perasaan cinta yang sangat indah. Cinta akan daerahnya, akan budayanya, akan manusianya, akan bahasanya, akan makanannya. Sulit bagiku untuk tidak jatuh cinta akan kota ini. Dan aku tidak tahu kenapa. Seperti katamu, itu  lah yang disebut cinta.

Bagiku cinta tumbuh secara alami. 
Tanpa bibit yang perlu kau tanam, tanpa perlu pupuk untuk menumbuhkannya..
Dia hanya perlu tanah yang bagus. Tempat yang tepat untuk dia tinggali dan Ia akan tumbuh dengan cepat..
Seperti itulah cinta.
Kau bahkan tidak tahu kalau ia datang. Berakar dan bertumbuh.
Dan kau baru akan tahu, saat dia mulai tumbuh besar dan besar. 
Dan kau bisa memetik buahnya, merasakannya.
Itulah cinta bagiku..

Disini aku tetap memegang janjiku kok. Kau pasti akan heran kalau bertemu denganku. Aku sudah berubah. Aku yang dulunya anak SMA yang urakan, sekarang harus berpakaian luar biasa rapi ke kampus. Tas milikku yang isinya hanya satu buku serbaguna, sekarang dijejali buku-buku tebal dan rumit. Semua aku lakukan dengat senang hati. Hari-hari yang sibuk juga aku hadapi dengan semangat yang tidak pernah habis. Ya karena aku cinta itu. 

Kita mungkin tidak bisa bertemu seperti dulu lagi. tapi percayalah, kalau ada hal yang paling ingin kulakukan sekarang, maka bertemu denganmu adalah jawabnnya. Rindu rasanya mendengar suaramu, melihat tawamu, malihat tangismu, semangatmu, semua yang ada padamu. Dan aku hanya ingin kau tetap yakin dan percaya, aku pasti kembali. Aku pasti datang lagi ketempatmu. Dan aku akan bercerita semua hal yang aku jalani, semua hal yang aku lewati tanpamu. Cerita perjuangan-perjuangan yang harus aku lewati, kisah-kisah kehidupanku yang sungguh akan membuatmu terheran-heran akan aku ceritakan kepadamu. 

Dan yang pasti akan kutunjukkan kepingan-kepingan indah puzzle yang saat ini sedang aku kumpulkan kepadamu. 
Karen aku tahu, kau menyukai segala sesuatu tentang diriku..
Aku Janji...

                                                              *******

Bukit belakang asrama temanku yang baik, cerita ini untukmu kawan..
Rindu sekali mendengar tawamu dalam setiap desiran anginmu, tangismu saat hujan datang.
Sungguh aku rindu..
Soposurungku...


I go to the hill...
when my heart is lonely..
I know I will hear
what I've heard before..
My heart will be blessed..
with the sound of music...
And I'll sing once more..



Nb: 
1. Terima kasih untuk Asrama YASOP, Soposurung yang sudah membinaku sampai aku bisa seperti ini.
2, Terima kasih untuk FK UNPAD dan Jatinangor, ayo kita cari potongan puzzle yang lebih dan lebih indah lagi.
3. Buat Abi yang udah mau baca cerita ini untuk pertama kali... hehe
4. Dan untukmu, kalau kau baca ini. Terima kasih...


0 komentar

Untukmu... (Part 1)

Aku masih ingat saat SMA dulu. Di belakang kelas, aku pernah cerita ke kamu kalau aku bisa masuk ke perguruan tinggi negeri, aku janji mau berusaha lebih keras dan merubah sifat-sifat aku yang kurang baik. Aku mau mengubah pandangan orang kepadaku yang hanyalah seorang anak yang nakal dan malas belajar. Kehidupanku semasa SMA bisa dibilang sangat tidak baik. Hidupku terasa begitu nyaman dan tenag. Bagiku sekolah hanyalah langkah-langkah kecil untukku bisa mencapai dan mendapatkan apa yang aku inginkan. Termasuk jadi mahasiswa. Jadilah aku masuk ke sekolah kita. Sekolah berasrama yang awalnya sangat tidak kuinginkan. Karena ya..kau sendiri pasti tahu bagaimana sifatku yang tidak mau diperintaha taupun diatur. Bukankah pernah kukatakan kepadamu, mahasiswa bukanlah cita-cita yang paling aku inginkan. Tapi bisa hidup berdua saja denganmu. Ya... bersama Tuhan pastinya dan kalau kau mau bersama beberapa orang anak-anak yang akan menemani masa tua kita. Bersamamu dimana aku bisa bebas menceritakan semuanya karena aku tahu, kau tidak pernah menolak untuk mendengarkan cerita-ceritaku, tidak pernah menghindar saat aku memintamu menemuiku, bahkan tidak pernah marah saat aku harus mengucapkan kata-kata yang mungkin menyakiti hatimu. Sungguh aku sangat bahagia bisa memilikimu.

Kamu adalah penghibur, malaikat, sahabat bagiku. 
Setiap aku bertemu denganmu dan melihatmu, jauh didalam hatiku aku selalu bersyukur bisa menemuimu, bisa mengenalmu, bisa berbicara dan berbagi kisah hidupku denganmu. 
Sungguh anugerah luar biasa bisa melihatmu.

Dulu aku juga pernah cerita, aku mau memilih kedokteran sebagai tempatku melanjutkan mencari potongan keping-keping puzzle kehidupanku yang sedang aku coba susun sebaik mungkin. Saat itu aku tidak bisa memberikanmu alasan yang jelas kenapa aku memilih kedokteran, dan kau hanya bisa tertawa mendengarku sambil menatapku sinis seolah menunjukkan keraguanmu atas kesombonganku. Saat aku berkata juga kalau aku memilih bandung karena aku yakin tempat itu adalah tujuanku yang tepat, tawamu semakin keras sambil mengatakan keherananmu kepadaku. 

"Aku heran kau mau melanjut ke kedokteran. Tapi okelah, orang bodoh juga bisa bermimpi. Tapi kau bilang kau mau kuliah di Bandung? Apa kau gila? Sudah ambil USU saja!!"

                                    *******

Kita sudah bersama selama 4 tahun. Bukan waktu yang sebentar tapi belum bisa dibilang lama. Semenjak pertama aku melihatmu, kau tidak pernah berubah sedikitpun. Tetap dengan kesederhanaanmu, kepolosanmu, ketegaranmu, kebaikanmu dan kesabaranmu menghadapiku selama 3 tahun kehidupan kita bersama. Kau sosok yang sangat pintar. Kau mampu memberikan jawaban atas setiap pertanyaanku. Sedangkan aku, aku hanyalah anak malas, anak bermasalah yang hanya mampu tidur saja disekolah, bagiku guru bukan siapa-siapa, melanggar peraturan menjadi makananku sehari-hari. Aku bukanlah siswa yang baik. Aku hanya selalu menjadi beban bagi siapapun yang menemuiku.

"Mimpi tidak bisa ditentukan oleh siapapun, 
tidak bisa dibatasi oleh apapun, tidak oleh langit, tidak oleh dasar lautan yang dalam.
Kematian satu-satunya hal yang bisa memisahkanmu dari mimpimu.
Jadi jangan takut bermimpi. 
Mimpimu tidak berbatas bintang dilangit.
Batasnya adalah dirimu sendiri. 
Saat kau berhenti bermimpi, batasan mimpimu sudah kau capai.
Jadi jangan berhenti bermimpi..."

Tapi apakah kau ingat cerita kita tepat sehari sebelum UJian Nasional?. Aku bercerita tentang keberuntungan yang kudapat saat aku bisa masuk ke kelas akselerasi walau akhirnya kulepas demi masuk asrama - tapi jadi keputusan yang paling kusyukuri karena aku bisa bertemu denganmu - dan keberuntungan - keberuntungan lain yang terus kuterima termasuk nilai-nilaiku yang bisa masuk jajaran bintang kelas padahal kau tahun betapa malasnya aku belajar, nilai ujian-ujian yang pas-pasan terutama Fisika dan Kimia yang melihat kertas ujiannya saja aku tidak mau. Termasuk saat Ujian Nasional. Tapi aku tidak pernah mencontek, ingat itu.

Hingga tibalah hari itu. Hari dimana datang pengumuman mengenai seleksi undangan. Saat aku datang kepadamu dan meberitahukan kabar ini, dengat semangat kau menganjurkanku untuk mengikutinya. Berbeda 180 derajat saat dulu kau tertawa saat mendengar keinginanku. Saat itu sungguh aku berpikir betapa berharganya dirimu bagiku. Aku sendiri masih ragu, apa mungkin dengan nilai pas-pasan itu aku bisa lulus. Kau bilang "PASTI" dan aku pun mengikuti seleksinya... Untukmu... Kalau kau masih ingat, aku mendaftar tanpa memberitahu orangtuaku karena takut mengecewakan mereka. Dengan uang sakuku sendiri aku mendaftar dan memilih pilihan seperti yang dulu kuceritakan kepadamu. Kau datang dan menyemangatiku. Sungguh mulia hatimu.
     
                                                       *******
Bagiku biologi bukanlah pelajaran yang mudah. Matematika adalah jodohku seperti kataku bangga saat kita duduk berdua saja sore saat gerimis kala itu.  Namun aku masih belum tau kenapa aku tidak memilih menjadi guru matematika dan malahan memilih kedokteran. Aku sendiri masih belum bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Hari itu, malam itu, saat pengumuman hasil seleksi undangan diumumkan dan aku lulus. Ya lulus, dan bukan sekedar lulus. Lulus ke fakultas Kedokteran . Bukan cuma itu, di Bandung. Dua mimpiku lagi-lagi dijawab Tuhan dan aku yakin itu keberuntungan.  Orang pertama yang kuhubungi adalah kau, bukan orang tuamu. Dan kau langsung menangis membuatku tidak mengerti. Air matamu, air matakebahagiaanmuatas diriku, bagiku lebih dari apapun yang aku inginkan di dunia ini sebagai hadiah atas kelulusanku. Dan saat aku mengatakan aku harus ke Bandung, yang artinya kita harus berpisah, kau bukannya sedih malah merasa gembira dan bersemangat untuk persiapan kepergianku. Sungguh aku bingung. Siapa kau ini sebenarnya.







Kamis, 25 Oktober 2012 0 komentar

Satu?

Cara untuk bisa lewat ini semua cuma satu...



 ---IKHLAS---
 
;