Kamis, 02 Agustus 2012

STORY OF RANCABADAK TO RANCABUAYA FK UNPAD 2011 Part #1

Pengabdian masyarakat menjadi salah satu ajang bagi mahasiswa kedokteran untuk mengaplikasikan langsung ilmu yang sudah kami dapat dari proses kuliah yang kami jalani. Pengabdian masyarakat yang kami lakukan meliputi Balai Pengobatan gratis, Operasi bibir sumbing dan katarak gratis serta rapid survey pendataan keadaan kesehatan di tempat tersebut. Well, for the review, you can read it here or here

Posting ini sudah saya susun lebih dari 3 minggu yang lalu, tapi karena koneki internet ya Aigoo... Parah... Saya baru dapat mempostingnya sekarang. Well this is the first part. The second pard is still underconstruction together with the photos i'll give to you..


STORY of RANCABADAK TO RANCABUAYA

Well, saya masih saja merasa sedih kalau disinggung-singgung hal itu. Tapi ya sudahlah mungkin memang bukan jalan saya untuk berkarya disana. Saatnya berkarya diluar. Bukankah akan terlihat lebih baik saat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, namun diluar hal yang kita inginkan tersebut kita mampu berkarya dan berbuat lebih daripada apa yang kita rencanakan saat kita on the way mencapai ambisi awal kita. Hehehe

Bukan sembarangan saya membuat kalimat-kalimat pengakuan diatas. Memang seperti itulah perasaan saya saat ini. Saya ingin membuktikan bahwa saya mampu melakukan yang lebih baik lagi kedepannya. Terutama berkarya dilingkungan kampus saya FK UNPAD terlebih angkatan saya 2011 STATERA. There still so many ways to go to Rome, isn’t it?.

Di postingan kali ini saya akan menulis mengenai pengalaman saya selama mengikuti program pegabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh FK UNPAD. Temanya “From Rancabadak to Rancabuaya”. Weittss… keren gak tuh, tapi lebih kerenan acaranya. Banyak pengalaman yang saya dapat dari acara itu. Selain menambah kemampuan medis saya, kegiatan kali ini juga menambah keakraban saya dengan teman seangkatan saya yang reguler, KPBI, Twinning maupun dengan dokter-dokter spesialis. Mantap gak tuh…

Pengabdian masyarakat tahun ini tergabung dalam kegiatan tahunan FK UNPAD yang diperuntukkan bagi para mahasiswa baru diploma, sarjana, maupun spesialis. “SUPER CAMP” yang sekiranya dilaksanakan sekitar bulan november 2011 ini, terpaksa ditunda oleh karena berbagai hal termasuk karena cuaca yang kurang mendukung (seperi kata Prof. Tri, “…jalanannya licin dan medannya berbahaya kalau didatangi saat musim hujan begini”). Jadilah supercamp tahun ini dilaksanakan bulan Juni 2012. Namun supercamp tahun ini dikemas dalam bentuk yang berbeda. Kalau tahun sebelumnya supercamp adalah kegiatan yang bentuknya berupa camping bareng didaerah Situ Lembang, Jawa Barat dengan tujuan bersenang-senang dan mempererat hubungan antar sesama mahasiswa baru maka supercamp tahun ini disusun dalam bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan sasaran masyarakat yang ada di daerah Rancabuaya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Wah,tapi jangan salah, justru kegiatan ini bisa sekaligus digunakan untuk mempererat dan ajang bersenang-senang. Supercamp yang bertema “From West Java to The World for The Global Health” ini berlangsung selama 3 hari 2 malam dari tanggal 29 Juni sampai 1 Juli 2012 dengan sejumlah kegiatan diantaranya :

- Balai Pengobatan Gratis
- Pemeriksaan Ibu Hamil
- Penyuluhan Gizi Sehat Dan Kehamilan Resiko Tinggi (resti)
- Rapid Survey kondisi kesehatan masyarakat
- Operasi Katarak Gratis
- Operasi Bibir Sumbing Gratis, dan
- Kegiatan bersama seluruh civitas akademika FK UNPAD.

Superamp kali ini juga terasa istimewanya karen tidak hanya dilaksanakan di satu tempat saja, tapi dilaksanakan di 6 desa secara serentak yaitu desa Purbayani, Cimahi, Indralayang, Sukarame, Caringin dan Samudera Jaya.

Hari I 29 Juni 2012
Hari pertama kegiatan ini diisi dengan perjalanan panjang menuju Rancabuaya (A really long way to Rancabuaya -_-). Seluruh peserta diperintahkan untuk berkumpul dikampus FK UNPAD sejak pukul 06.00. sampai di gedung A.6 FKUP, peserta yang datang diminta untuk mengisi absensi serta melihat daftar bus yang akan digunakan nantinya. Well, perjalanan ke Rancabuaya ditempuh dengan bus berkapasitas 30 orang selama ± 8 jam melalui jalan darat. Dan karena jumlah peserta yang ikut sekitar 700 orang, kami pun dibagi menjadi 30 an bus. Penulis sendiri mendapat bagian tinggal didesa Samudera Jaya dan Bus 31. Sesudah mendapatkan bus, kami pun diperintahkan naik ke bus. Bukannya berangkat, kami malah harus menunggu para dokter PPSD yang baru datang dari Bandung. Jadilah perjalanan yang seharusnya dimulai pukul 06.30 baru dimulai pukul 08.30.
Sepanjang perjalanan, saya banyak tertidur (bahkan baru saja bus berangkat, saya sudah nggak sadar apa-apa (ᴗ_ᴗ)) dan terbangun saat sudah setengah perjalanan. Yang saya ingat hanyalah kami sudah masuk ke daerah Garut Selatan yang artinya sudah mau sampai di Rancabuaya. Kami langsung disambut dengan hamparan laut yang sungguh sangat indah. Bagi saya yang memang jarang melihat laut ini, pemandangan ini menjadi pemandangan yang dashyat. Daerah ini mirip dengan daerah Sibolga ditempat tinggal saya di Sumatera. Laut yang berbatasan dengan pegunungan memberikan pemandangan yang sangat unik. Bahkan teman saya mengatakan baru kali ini dia melihat pemandangan laut yang berbatasan dengan sawah. Biasanya pohon-pohon bakaulah yang menjadi batasnya.

Sesampainya di desa Samudera Jaya, kami berkumpul dirumah kepala desa Samudera Jaya. Disana kami dibagi berdasarkan rumah tinggal kami. Ya, kami akan tinggal dengan sistem Live In yang artinta kami akan tinggal di rumah masyarakat sekitar,  hidup bersama-sama dengan mereka selama 3 hari kedepan dan pemilik rumah menjadi orangtua asuh kami. Berhubung Desa Samudera Jaya merupakan desa yang masih baru mekar tahun 2010, rumah-rumah yang ada disana belum begitu banyak sehingga kami di-merge menjad beberapa rumah dari awalnya 34 rumah. Saya pun berbagi rumah dengan 30 orang lainnya. Jumlah yang fantastis memang mengingat rumah yang kami tempati tidaklah seberapa besarnya. Tapi kami menikmati proses ini semua. Anggota rumah saya terdiri atas 13 orang mahasiswa S1 dan 17 orang dokter mahasiswa PPDS.

Hari pertama pun hanya diisi dengan kegiatan mandiri di rumah tinggal masing-masing. Begitu tiba dirumah tinggal, hal pertama yang tersirat dibenak saya ialah rumah ini snagat mirip dengan keadaan di kampung saya. Dimana rumah sebagian besar terbuat dari kayu dan pemandangannya persawahan. Yang unik dari tempat tinggal kami yaitu orang tua kami punya 3 rumah yang terpisah. Jadilah kami semua bebas berpindah-pindah. Namun rumah favorit kami yaitu rumah yang terletak di atas yang berupa café dengan saungnya yang terbuka. Di saung ini pulalah kami akhirnya tidur selama 2 hari kedepan.  Fasilitas sederhana (dari 3 rumah, hanya ada 1 kamar mandi didalam, sisanya ada diluar terbuat dari bambu dan langsung beralaskan kolam ikan dibawahnya) membuat dan memaksa kami untuk bersyukur dari keadaan itu, dan we are truly gratefull that we can get this kind of home to be lived. Bersyukur kita masih punya rumah untuk ditinggali malam ini, bersyukur dengan orangtua asuh yang baik, bersyukur dengan makanan enak yang kami dapatkan malam itu (ikan bakar yang enak dengan sambelnya yaang sangat nikmat), bersyukur dengan pemandangan yang luar biasa indah yang bisa kami dapatkan hanya dengan duduk di depan rumah (kabarnya desa lain berada cukup jauh dari pantai). Sungguh satu hari itu hati saya penuh dengan rasa bersyukur bisa mendapatkan pengalaman ini. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;