Senin, 09 Januari 2012

Why life doesn’t go that easy


Bulan-bulan UAS datang juga, bulan dimana aku bakal belajar habis-habisan sampaimejret sambil dalam hati terus menangis, “kenapa gue gak belajar dari dulu” atau “kenapa gue gak cicil dari dulu semua slide sampah ini

Tapi bagaimanapun, ujian tetap datang dan gue cuma bisa sabar dan tenang menghadapinya.
Nah yang beda adalah ujian yang dilaksanakan di kampus ini,
Kampus mana yang ujiannya presentasi (SOOCA) yang sama anak-anaknya kayak monster seram atau benteng takeshi yang besar, yang kalo berhasil dapat nilai bagus serasa dapat uang 1 juta yen, tapi kalo gagal serasa udah gagal, pulang dengan muka kena semprotan tinta ungu yang malunya minta ampun gitu. Fakultas mana yang anak-anaknya harus nyiapin bahan presentasi 30 menit, nulis flipchart trus presentasi selama 20 menit. Kasusnya baru diberikan di hari-H lagi…
Kampus mana yang mahasiswanya harus ujian Pilber (MDE) yang ujiannya kalo dikasih 100 soal ya 100 menit, 10 soal ya 10 menit (¬_¬”), nah yang jadi masalah bukan cuma waktunya, materi ujiannya itu loh…. gak nahan, kayak nahan kencing selama setahun, kalau mau dapat nilai bagus, ajib hapal semua materi itu atau slide sampe ke detil-detil yang kecilllll banget, yang kalo lagi baca slide, kita pasti mikir “tabel segede biji kacang ijo gini, pasti gak akan keluar…”. Tapi ternyata keluar di ujian, lalu kita kayak mau nangis, “y u no diperbesar lalu dibaca di slide kemaren..”, akhirnya kita cuma bisa pasrah sambil pulang dan teriak„, MDE Gue ADMALAMMMMMMMM…. (Admalam = kemungkinannya buruk)
Dan yang paling seru adalah ujian praktek skill kita atau kemampuan, kampus mana yang ujiannya ada stasiun nya (iya..ini stasiun) trus ujiannya lebih gila lagi waktunya, kita kayak olahraga deh, lari dari stasiun ke stasiun -___- 1 menit buat baca kasus, 9 menit buat praktekin skill yang kita harus lakukan ke pasien sesuai kasus tadi… Olahraga banget deh kayaknya…
hahahah but that’s medicine’s life.. Nah kenapa saya kasih judulnya why life doesn’t go that easy, ini terjadi di hari ke 8 ujian kali ini, entah kenapa disetiap ujian yang saya lalui, saya tidak pernah diberi keberuntungan kalau harus menebak atau bahasa mahasiswanya menembak jawaban, setiap kali nembak, pasti salah, nembak lagi salah lagi… Nah, pulang ujiannya, lagi bahas jawaban,
“eh, yang ini A lho, terus saya bilang, ah aku tadi jawab B, trus temen aku bakalan bilang, padahal aku nembak lho, tapi benar. Masalahnya bukan karena dia nembak pertanyaan tadi trus benar, ada 5 soal kali yang dia nembak benar dan aku salah… Apa ilmu nujum saya kurang ya -___-, kenapa jawaban yang saya nembak itu selalu salah… sial…sial…sial…”
Tapi makin kesini saya mikir lagi, mungkin saya memang bukan orang yang hokinya di bagian menjawab-jawab soal ujian seperti itu, mungkin ada hoki lain yang menjadi bagian saya di hidup saya ini, kalau urusan ujian, mungkin memang sudah jalan saya untuk belajar dengan keras kalau mau dapat apa yang saya mau. Saya bisa masuk ke kampus ini, dengan cara yang mudah tanpa ujian, masuk ke kampus yang saya inginkan, di universitas yang saya inginkan, yang memberikan biaya yang sesuai dengan kemampuan keluarga saya, kurang hoki apa saya coba, teman saya yang hokinya tinggi itu, dia masuk harus ikut ujian snmptn dulu, saat dia ujian, saya sudah resmi jadi mahasiswa..
Yang perlu saya lakukan mungkin sekarang adalah banyak-banyak bersyukur, semua berkat dari Tuhan itu ada dan nyata, mungkin bukan dalam bentuk keberuntungan di saat ujian, tapi keberuntungan di dalam proses hidup saya yang kalau bisa saya bilang, nilainya lebih besar daripada keberuntungan menembak soal di ujian..

0 komentar:

Posting Komentar

 
;