Kamis, 20 Oktober 2011

Hey kau!!!!

Pernahkah kau kuanggap sebagai adikku? Tidak, tidak sekalipun aku pernah menganggap mu.

Bukan karena aku tidak mau tapi, bukankah yang dikatakan sebagai seorang adik adalah keturunan yang sama yang terikat hubungan darah karena dilahirkan dari rahim ibu yang sama?

Ataupun aku dan kau punya ayah yang sama, yang mungkin akibat suatu kebiadaban yang terjadi, terlahir dari rahim ibu yang berbeda



Bukan, bukan karena itu, aku bahkan baru mengenalmu dua bulan ini, bagaimana mungkin aku menganggapmu sebagai adikku, kalau aku bahkan baru mengenalmu di kehidupanku yang sudah kujalani hampir dua dasawarsa ini?

Bukan, bukan karena kita pernah terpisah oleh waktu dan keadaan yang lampau, bagaimanapun karena aku benar-benar tidak mengenalmu. Haruskah ku menganggapmu sebagai adikku?

Bukankah seorang adik adalah anugerah Tuhan yang sangat indah, dimana aku mempunyai teman yang terikat hubungan darah denganku? Denganmu, yang ada kurasakan hanyalah perasaan malu karena pernah menganggapmu sebagai adik.

Bukankah adik seharusnya memposisikan dirinya untuk menghargai yang lebih tua darinya?. Yang kutemukan darimu hanyalah penghinaan demi penghinaan, pelecehan demi pelecehan yang kadang membuatku sangat malu, bahkan terkadang ingin menghajarmu?

Bukan, bukan karena aku takut ataupun khawatir akanmu. Aku hanya sedang berusaha untuk menerimamu sebagai adikku, aku hanya berusaha menghargai posisi yang kita hadapi saat ini. Bahkan kalau dengan malu-malu pun aku akan berkata, aku hanya sedang belajar untuk "menyayangimu" sebagai saudara kandung laki-lai yang bahkan baru kumiliki secara utuh di usiaku yang ketujuh belas tahun lalu.

Banyak hal yang sebenarnya ingin kukatakan, kalau aku merasa tidak senang dengan semua perlakuanmu yang seringkali kelewatan batas ini, namun, aku menghadapinya lebih dewasa dengan menganggap kehadiranmu sekarang ini sebagai obat penguji kesabaranku akan hidup ini.

Bukan sebagai adik, kau hanya kuanggap sebagai alat yang diberikan Tuhan untuk mengujiku, apakah aku mampu bertahan di balik rasa sakit hatiku yang dalam kala perlakuan yang kudapat darimu membuat orang-orang menertawakanku,

dan jujur, aku BERSYUKUR kepada Tuhan, karena alat yang Tuhan kasih benar-benar tepat dan bagus kualitasnya.

Ujian kesabaran itu satu persatu kulewati dengan baik, namun bukankah sudah sering kaubaca, batu yang terkena air hujan, sedikit demi sedikit pun akan cekung. Ya seperti batu, kesabaranku pun kau kikis sedikit demi sedikit. Tak jarang aku marah. Namun yang kulakukan hanyalah diam yang memberi perasaan menag dan senang padamu. Hahahaha, tahukah kau, aku hanya tidak ingin merusak tugas ini.

Namun satu hal yang pasti, aku bersyukur Tuhan mendatangkanmu, membuatku lebih bersyukur akan hidup ini, betapa beruntungnya aku bisa lewat di semua ujian-ujian ini, dan bila nanti aku lewat akan semua ini, kau bukan kuanggap sebagai adikku, tapi saudara ku yang lebih dari seorang adik. lebih erat dari seorang adik. Tenang saja, bukan orangnya yang salah yang Tuhan kirim padaku, hanya saja, waktu yang berjalan akan menjadi bukti keberhasilanku melewatinya..

0 komentar:

Posting Komentar

 
;