Posting ini sudah saya susun lebih dari 3 minggu yang lalu, tapi karena koneki internet ya Aigoo... Parah... Saya baru dapat mempostingnya sekarang. Well this is the first part. The second pard is still underconstruction together with the photos i'll give to you..
STORY of RANCABADAK TO RANCABUAYA
Well, saya masih saja merasa
sedih kalau disinggung-singgung hal itu. Tapi ya sudahlah mungkin memang bukan
jalan saya untuk berkarya disana. Saatnya berkarya diluar. Bukankah akan
terlihat lebih baik saat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, namun
diluar hal yang kita inginkan tersebut kita mampu berkarya dan berbuat lebih
daripada apa yang kita rencanakan saat kita on
the way mencapai ambisi awal kita. Hehehe
Bukan sembarangan saya membuat
kalimat-kalimat pengakuan diatas. Memang seperti itulah perasaan saya saat ini.
Saya ingin membuktikan bahwa saya mampu melakukan yang lebih baik lagi
kedepannya. Terutama berkarya dilingkungan kampus saya FK UNPAD terlebih
angkatan saya 2011 STATERA. There still
so many ways to go to Rome, isn’t it?.
Di postingan kali ini saya akan
menulis mengenai pengalaman saya selama mengikuti program pegabdian masyarakat
yang diselenggarakan oleh FK UNPAD. Temanya “From Rancabadak to Rancabuaya”.
Weittss… keren gak tuh, tapi lebih kerenan acaranya. Banyak pengalaman yang saya
dapat dari acara itu. Selain menambah kemampuan medis saya, kegiatan kali ini
juga menambah keakraban saya dengan teman seangkatan saya yang reguler, KPBI,
Twinning maupun dengan dokter-dokter spesialis. Mantap gak tuh…
Pengabdian masyarakat tahun ini
tergabung dalam kegiatan tahunan FK UNPAD yang diperuntukkan bagi para
mahasiswa baru diploma, sarjana, maupun spesialis. “SUPER CAMP” yang sekiranya
dilaksanakan sekitar bulan november 2011 ini, terpaksa ditunda oleh karena
berbagai hal termasuk karena cuaca yang kurang mendukung (seperi kata Prof.
Tri, “…jalanannya licin dan medannya berbahaya kalau didatangi saat musim hujan
begini”). Jadilah supercamp tahun ini dilaksanakan bulan Juni 2012. Namun
supercamp tahun ini dikemas dalam bentuk yang berbeda. Kalau tahun sebelumnya
supercamp adalah kegiatan yang bentuknya berupa camping bareng didaerah Situ Lembang, Jawa Barat dengan tujuan
bersenang-senang dan mempererat hubungan antar sesama mahasiswa baru maka
supercamp tahun ini disusun dalam bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dengan sasaran masyarakat yang ada di daerah Rancabuaya di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Wah,tapi jangan salah, justru kegiatan ini bisa sekaligus digunakan
untuk mempererat dan ajang bersenang-senang. Supercamp yang bertema “From West
Java to The World for The Global Health” ini berlangsung selama 3 hari 2 malam
dari tanggal 29 Juni sampai 1 Juli 2012 dengan sejumlah kegiatan diantaranya :
- Balai Pengobatan Gratis
- Pemeriksaan Ibu Hamil
- Penyuluhan Gizi Sehat Dan
Kehamilan Resiko Tinggi (resti)
- Rapid Survey kondisi kesehatan
masyarakat
- Operasi Katarak Gratis
- Operasi Bibir Sumbing Gratis,
dan
- Kegiatan bersama seluruh
civitas akademika FK UNPAD.
Superamp kali ini juga terasa
istimewanya karen tidak hanya dilaksanakan di satu tempat saja, tapi
dilaksanakan di 6 desa secara serentak yaitu desa Purbayani, Cimahi,
Indralayang, Sukarame, Caringin dan Samudera Jaya.
Hari I 29 Juni 2012
Hari pertama kegiatan ini diisi
dengan perjalanan panjang menuju Rancabuaya (A really long way to Rancabuaya -_-). Seluruh peserta diperintahkan
untuk berkumpul dikampus FK UNPAD sejak pukul 06.00. sampai di gedung A.6 FKUP,
peserta yang datang diminta untuk mengisi absensi serta melihat daftar bus yang
akan digunakan nantinya. Well, perjalanan ke Rancabuaya ditempuh dengan bus
berkapasitas 30 orang selama ± 8 jam melalui jalan darat. Dan karena
jumlah peserta yang ikut sekitar 700 orang, kami pun dibagi menjadi 30 an bus.
Penulis sendiri mendapat bagian tinggal didesa Samudera Jaya dan Bus 31. Sesudah
mendapatkan bus, kami pun diperintahkan naik ke bus. Bukannya berangkat, kami
malah harus menunggu para dokter PPSD yang baru datang dari Bandung. Jadilah
perjalanan yang seharusnya dimulai pukul 06.30 baru dimulai pukul 08.30.
Sepanjang perjalanan, saya banyak
tertidur (bahkan baru saja bus berangkat, saya sudah nggak sadar apa-apa (ᴗ_ᴗ))
dan terbangun saat sudah setengah perjalanan. Yang saya ingat hanyalah kami
sudah masuk ke daerah Garut Selatan yang artinya sudah mau sampai di
Rancabuaya. Kami langsung disambut dengan hamparan laut yang sungguh sangat
indah. Bagi saya yang memang jarang melihat laut ini, pemandangan ini menjadi
pemandangan yang dashyat. Daerah ini mirip dengan daerah Sibolga ditempat
tinggal saya di Sumatera. Laut yang berbatasan dengan pegunungan memberikan
pemandangan yang sangat unik. Bahkan teman saya mengatakan baru kali ini dia
melihat pemandangan laut yang berbatasan dengan sawah. Biasanya pohon-pohon
bakaulah yang menjadi batasnya.
Sesampainya di desa Samudera
Jaya, kami berkumpul dirumah kepala desa Samudera Jaya. Disana kami dibagi
berdasarkan rumah tinggal kami. Ya, kami akan tinggal dengan sistem Live In yang artinta kami akan tinggal
di rumah masyarakat sekitar, hidup
bersama-sama dengan mereka selama 3 hari kedepan dan pemilik rumah menjadi
orangtua asuh kami. Berhubung Desa Samudera Jaya merupakan desa yang masih baru
mekar tahun 2010, rumah-rumah yang ada disana belum begitu banyak sehingga kami
di-merge menjad beberapa rumah dari
awalnya 34 rumah. Saya pun berbagi rumah dengan 30 orang lainnya. Jumlah yang
fantastis memang mengingat rumah yang kami tempati tidaklah seberapa besarnya.
Tapi kami menikmati proses ini semua. Anggota rumah saya terdiri atas 13 orang
mahasiswa S1 dan 17 orang dokter mahasiswa PPDS.
Hari pertama pun hanya diisi
dengan kegiatan mandiri di rumah tinggal masing-masing. Begitu tiba dirumah
tinggal, hal pertama yang tersirat dibenak saya ialah rumah ini snagat mirip
dengan keadaan di kampung saya. Dimana rumah sebagian besar terbuat dari kayu dan
pemandangannya persawahan. Yang unik dari tempat tinggal kami yaitu orang tua
kami punya 3 rumah yang terpisah. Jadilah kami semua bebas berpindah-pindah.
Namun rumah favorit kami yaitu rumah yang terletak di atas yang berupa café
dengan saungnya yang terbuka. Di saung ini pulalah kami akhirnya tidur selama 2
hari kedepan. Fasilitas sederhana (dari
3 rumah, hanya ada 1 kamar mandi didalam, sisanya ada diluar terbuat dari bambu
dan langsung beralaskan kolam ikan dibawahnya) membuat dan memaksa kami untuk
bersyukur dari keadaan itu, dan we are
truly gratefull that we can get this kind of home to be lived. Bersyukur
kita masih punya rumah untuk ditinggali malam ini, bersyukur dengan orangtua
asuh yang baik, bersyukur dengan makanan enak yang kami dapatkan malam itu
(ikan bakar yang enak dengan sambelnya yaang sangat nikmat), bersyukur dengan
pemandangan yang luar biasa indah yang bisa kami dapatkan hanya dengan duduk di
depan rumah (kabarnya desa lain berada cukup jauh dari pantai). Sungguh satu
hari itu hati saya penuh dengan rasa bersyukur bisa mendapatkan pengalaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar